Pergerakan Tanah di Sukabumi Terancam Gusur Warga, BNPB Tinjau Lokasi

Hujan deras yang terjadi belakang ini sebabkan retakan tanah, salah satunya di Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi, beberapa rumah pun terdampak kerusakan hingga belasan lainnya terancam.

oleh Fira Syahrin diperbarui 07 Des 2023, 20:47 WIB
Diterbitkan 07 Des 2023, 20:43 WIB
Kepala BNPB Letnan TNI Suharyanto bersama Pemda Kabupaten Sukabumi saat tinjau lokasi retakan tanah di Kampung Tegalkaso Desa Bencoy Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Fira Syahrin).
Kepala BNPB Letnan TNI Suharyanto bersama Pemda Kabupaten Sukabumi saat tinjau lokasi retakan tanah di Kampung Tegalkaso Desa Bencoy Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Fira Syahrin).

Liputan6.com, Sukabumi - Hujan intensitas tinggi yang terjadi belakangan ini di beberapa wilayah Kabupaten Sukabumi sebabkan bencana, salah satunya pergerakan tanah di Kampung Tegalkaso Desa Bencoy, Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi

Bencana retakan tanah itu berdampak kerusakan pada lima rumah warga, bahkan belasan rumah lainnya juga terancam terdampak kerusakan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan, pihaknya meninjau lokasi tersebut atas perintah langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Kami hadir ke sini tentu saja pada tanggap darurat ini pusat harus hadir memberikan bantuan saat tanggap darurat kami juga membawa anggaran operasional membawa perlengkapan dan logistik paling tidak masyarakat yang terdampak secara langsung akibat bencana longsor ini bisa segera teratasi,” ujar Suharyanto di lokasi bencana, Kamis (7/12/2023).

Pemda Kabupaten Sukabumi sudah menetapkan status tanggap darurat atas dampak hujan intensitas tinggi yang terjadi belakang ini. Bantuan sebanyak Rp250 juta dianggarkan untuk tahapan awal penanggulangan bencana.

"Pak Bupati sudah menetapkan status tanggap darurat di Kabupaten Sukabumi, tentu saja pada saat tanggap darurat ini, pusat harus hadir memberikan bantuan saat tanggap darurat, kami juga membawa anggaran operasional, membawa perlengkapan dan logistik,” ujarnya.

Pergerakan tanah yang terjadi pada Jumat (1/12/2023) lalu itu berawal dari retakan di area kolam ikan dan sawah, pasca hujan deras. Suharyanto mengatakan, masyarakat yang terdampak secara langsung bisa secepatnya teratasi. Lebih lanjut, pihaknya juga akan melakukan rapat koordinasi dengan pemerintah daerah, TNI, Polri, untuk merumuskan langkah-langkah berikutnya. 

"Tentu saja kita memerlukan atau meningkatkan kesiapan dan kesiapsiagaan, agar kasus pergerakan tanah yang terjadi beberapa hari yang lalu tidak terulang lagi khususnya di Kabupaten Sukabumi," jelasnya.

Salah satu solusinya adalah setelah tanggap darurat maka dilaksanakan rehabilitasi rekonstruksi memindahkan masyarakat yang terkena dampak ini di tempat baru tanahnya biasanya disiapkan oleh pemerintah daerah. 

“BNPB bekerjasama dengan PUPR nanti akan membangun sehingga masyarakat yang tinggal di daerah bahaya apalagi yang sudah terdampak bencana ini bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” tuturnya.

 

Status Siaga Bencana

Dampak pergerakan tanah di Kampung Tegalkaso Desa Bencoy, Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Fira Syahrin).
Dampak pergerakan tanah di Kampung Tegalkaso Desa Bencoy, Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi (Liputan6.com/Fira Syahrin).

Wakil Bupati Sukabumi, Iyos Somantri mengatakan bantuan sebanyak Rp250 juta untuk terdampak pergerakan tanah itu juga diperuntukan untuk beberapa daerah lain yang terkena bencana, seperti longsor di Kecamatan Nagrak pada Minggu (3/12) lalu yang sebabkan satu korban meninggal dunia.

“Untuk kepentingan mereka yang terdampak dan tidak hanya di sini saja. Itu ada di beberapa kecamatan, ada nagrak dan lainnya kemudian kita akan atur untuk kepentingan mereka yang membutuhkan saat itu,” kata Iyos.

Adapun langkah selanjutnya, Pemda akan melakukan kajian bersama Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) untuk menentukan keputusan relokasi warga di wilayah rentan bencana tersebut. Dia mengatakan, memasuki musim penghujan ini Kabupaten Sukabumi masuk kategori siaga darurat. Pihaknya menghimbau kepada warga untuk waspada saat hujan turun dengan intensitas tinggi. 

“Masih siaga darurat (siaga). Sampai Mei 2024 disesuaikan dengan provinsi, untuk kabupaten. Kalau di pergerakan tanah menunggu kajian BMKG, jadi semua masih siaga. Kita sedang mengusulkan untuk diadakan kajian oleh bmkg. Hasilnya nanti ketika ada rekomendasi harus direlokasi, ya kita relokasi,” jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya