Liputan6.com, Jakarta - Di tengah lebatnya hutan Papua, terdapat dua kampung kecil yang telah menyambut kehadiran cahaya terang dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) milik PT PLN (Persero). Yosep Uduas (53), dengan senyum cerah di wajahnya berharap listrik bersih dari PLTS membawa harapan baru bagi masyarakat Kampung Samanente dan kampung tetangganya.
Kepala Kampung Samanente itu dengan penuh sukacita membagikan cerita tentang bagaimana energi bersih telah mengubah kehidupan masyarakatnya.
Baca Juga
“Sebelumnya, kami hanya mendapat lampu emergency dan hanya bertahan kurang lebih satu sampai dua tahun, setelah itu rusak. Setelah dipasang PLTS, anak-anak sudah bisa belajar saat malam hari,” ungkap Yosep.
Advertisement
Pengalaman panjang tanpa akses listrik membuat setiap detik kehadiran listrik di kampung tersebut begitu berharga. Sebelumnya karena suplai listrik yang terbatas, masyarakat harus mengandalkan pelita dengan minyak tanah yang harganya mencapai Rp50 ribu per lima liter.
Yosep menyampaikan, sejak PLTS dioperasikan, aktivitas sehari-hari masyarakat menjadi lebih mudah. Lampu-lampu yang menyala di malam hari bukan hanya cahaya bagi rumah-rumah mereka, tetapi juga cahaya harapan.
“Terima kasih PLN atas penyediaan listriknya. Saat ini rumah ibadah dan rumah sakit bisa menyala 24 jam tanpa mengandalkan genset,” ujarnya.
PT PLN (Persero) melalui pemanfaatan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) menghadirkan dua PLTS berkapasitas masing-masing 30 kilowatt peak (kWp) di Kampung Samanente dan 20 KWp di Kampung Konderjan, Kabupaten Sarmi, Papua yang dilengkapi battery storage.
Pembangunan kedua PLTS ini akan menyuplai listrik bersih di daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) sehingga terang benderang sekaligus mendorong transisi energi di Indonesia.
Penjabat (Pj) Bupati Sarmi, Markus Mansnembra mengapresiasi keberadaan listrik bersih ini. Dengan adanya sumber energi yang lebih terjangkau dan berkelanjutan, masyarakat dapat mengembangkan usaha mereka, seperti pengolahan hasil pertanian dan kerajinan lokal.
“Atas nama pemerintah daerah, kami menyampaikan rasa terima kasih kepada PLN dengan pembangunan dua PLTS yang dapat memaksimalkan produktivitas masyarakat. Kepada masyarakat saya ucapkan selamat, tidak lagi gelap dan mohon apa yang sudah dibangun bisa dijaga bersama-sama,” tuturnya.
Pihak PLN sendiri memberikan apresiasi terhadap antusiasme masyarakat setempat dalam mengadopsi energi bersih. General Manager PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat, Budiono mengatakan bahwa pembangunan PLTS di Kabupaten Sarmi adalah strategi pemerintah dan PLN menghadirkan listrik andal di daerah terisolir, dengan memanfaatkan sumber daya setempat.
Selain PLTS, PLN juga membangun Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 2 kilometer sirkit (kms) di Kampung Samanente dan 3 kms pada Kampung Konderjan untuk suplai ke pelanggan dan fasilitas umum.
“Kami berharap suplai yang telah diberikan oleh PLN akan meningkatkan aspek kehidupan masyarakat. Baik itu pendidikan, ekonomi, bisnis, dan industri daerah untuk jangka panjang,” kata Budiono.
Komitmen PLN dalam Transisi Energi
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menjelaskan, hadirnya dua PLTS di Sarmi selaras dengan komitmen perseroan melakukan transisi energi. Termasuk yang tinggal di daerah 3T sekali pun, tetap dapat menikmati listrik.
“Adanya PLN saat ini bukan semata-mata untuk menyediakan listrik, tetapi juga membantu menyejahterakan masyarakat. PLTS ini bukan hanya akan hadir untuk dua kampung dari Kabupaten Sarmi, tetapi akan hadir untuk seluruh Papua,” kata dia.
Asal diketahui, langkah PLN mengusulkan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada 2024 sebesar Rp5,68 triliun untuk program Listrik Desa (Lisdes). Lewat program Lisdes, PLN berusaha membangun infrastruktur kelistrikan di daerah terdepan, tertinggal dan terluar (3T) demi mewujudkan pemerataan pembangunan dan mendorong perekonomian rakyat.
Darmawan mengatakan, komitmen perseroan mengejar target 100% rasio elektrifikasi demi menciptakan listrik yang berkeadilan. Hingga saat ini, kata dia, masih ada desa yang belum teraliri listrik dan mayoritas berada di kawasan 3T di mana investasi untuk infrastruktur kelistrikannya sangat besar.
Sehingga, peran PMN untuk membantu PLN menyediakan listrik di seluruh pelosok Tanah Air sangat krusial.
“Ini adalah bagaimana sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya tulisan di atas kertas, tapi betul-betul bisa diwujudkan dalam bentuk yang nyata, yaitu terang seantero Nusantara,” katanya dalam keterangan tertulis.
Anggaran sebesar Rp5,86 triliun dana PMN 2024 telah direncanakan PLN untuk melistriki 2.097 desa dengan potensi pelanggan mencapai 192 ribu pelanggan.
Adapun upaya tersebut dilakukan melalui pembangunan pembangkit energi baru terbarukan sebesar 29 ribu kilowatt peak (kWp), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 4.363 kilometer sirkit (kms), Jaringan Tegangan Menengah (JTM) lebih dari 7.589 kms, dan gardu induk distribusi dengan total kapasitas mencapai 123.390 kiloVolt Ampere (kVA).
Dengan upaya tersebut, Rasio Desa Berlistrik (RDB) ditargetkan mencapai sebesar 96,19% pada 2024.
Untuk menyukseskan program ini, kata Darmawan, PLN telah mengembangkan metodologi pemetaan digital baru bernama Geographic Information System (GIS) agar perencanaan dan eksekusi program Lisdes lebih terukur dan tepat sasaran.
Dengan GIS, setiap unit induk distribusi dan unit induk wilayah PLN di seluruh Indonesia diharuskan melakukan perencanaan berbasis digital yang komprehensif dan terkonsolidasi secara langsung.
“Metode baru ini membuat alokasi anggaran lebih tepat sasaran. Dipilih desa yang lebih mudah dijangkau dulu agar ekspansinya lebih cepat. Sehingga segera menciptakan multiplier effect, menyerap tenaga kerja baru, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah 3T,” ujarnya.
Advertisement