Sejarah dan Makna Lampion di Perayaan Tahun Baru Imlek

Menjelang perayaan Imlek, berbagai tempat umum akan dihiasi nuansa merah dengan ornamen lampion yang khas. Hal ini menjadi pemandangan yang tak asing di kelenteng, mal, taman, hingga di rumah-rumah masyarakat etnis Tionghoa.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 31 Jan 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2024, 00:00 WIB
Ilustrasi lampion Tahun Baru China, Imlek
Ilustrasi lampion Tahun Baru China, Imlek. (Photo by Henry & Co. on Unsplash)

Liputan6.com, Yogyakarta - Tahun Baru Imlek identik dengan hiasan berupa lampion berwarna merah. Selain sebagai hiasan, lampion pada perayaan Imlek ternyata juga memiliki makna tersendiri.

Menjelang perayaan Imlek, berbagai tempat umum akan dihiasi nuansa merah dengan ornamen lampion yang khas. Hal ini menjadi pemandangan yang tak asing di kelenteng, mal, taman, hingga di rumah-rumah masyarakat etnis Tionghoa.

Umumnya lampion dipasang dua minggu atau bahkan satu bulan sebelum perayaan Imlek. Lampion akan terus dipasang hingga tiba perayaan Cap Go Meh.

Pemasangan lampion Imlek konon dimaknai sebagai simbol status sosial. Semakin mewah dan indahnya lampion yang dipasang, maka semakin tinggi pula golongan status sosial pemiliknya.

Mengutip dari Tionghoa Info, lampion sudah ada sejak jaman Dinasti Han (25-220 M). Awalnya, orang-orang dari Dinasti Han membuat struktur lampion dari kayu, bambu, atau jerami gandum.

Pada bagian tengah akan diisi lilin sebagai penerangan. Selanjutnya, sutra atau kertas diletakkan di bagian atas untuk menjaga api tetap menyala.

Pada masa itu, lampion digunakan untuk melapisi lampu atau lilin sebagai penerangan. Selanjutnya 15 hari setelah Imlek, masyarakat Tionghoa zaman dulu akan memasang lampion sebagai penanda bulan purnama pertama di tahun yang baru.

Penggunaan lampion pun semakin lama semakin masif. Dari sinilah muncul festival Lampion atau Cap Go Meh yang masih diselenggarakan hingga kini.

Adapun pada masa Dinasti Tang (618-907 M), lampion digunakan untuk keperluan yang lebih modern. Selanjutnya, lampion kertas mulai digunakan untuk perayaan-perayaan yang sifatnya lebih luas dan dijadikan sebagai simbol rasa syukur.

Dalam kebudayaan Tionghoa, lampion umumnya berwarna merah. Hal ini dimaknai sebagai pengharapan tahun baru yang akan diwarnai dengan kebahagiaan, keberuntungan, dan rezeki.

Lampion merah dipercaya dapat mengusir kekuatan jahat yang disimbolkan sebagai binatang buas bernama Nian. Makhluk ini memiliki visual layaknya seekor banteng jantan berkepala singa. Konon, Nian meneror penduduk dengan memakan hewan ternak, tanaman, hingga anak-anak.

Meski terkesan menyeramkan, Nian memiliki ketakutan akan tiga hal, yaitu api, suara bising, dan warna merah. Untuk menangkal Nian, masyarakat kemudian menggunakan berbagai ornamen berwarna merah, termasuk lampion.

Dengan memasang lampion di depan rumah, maka dipercaya dapat menangkal hawa jahat yang datang. Lampion pun dipercaya dapat melindungi penghuni rumah pada perayaan Tahun Baru Imlek.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya