Liputan6.com, Yogyakarta - Perang tak melulu soal senjata dan pertumpahan darah. Revolusi Prancis 1789 memicu perubahan sistem lalu lintas yang hingga kini memengaruhi cara berkendara manusia modern di seluruh dunia.
Mengutip dari berbagai sumber, perubahan posisi setir mobil dari kiri ke kanan bermula dari tradisi kelas elite Prancis sebelum revolusi. Kaum ningrat biasa berkuda di jalur kiri jalan sambil membawa pedang di sisi kanan tubuh mereka.
Advertisement
Akan tetapi, setelah revolusi meletus, para bangsawan beralih ke jalur kanan untuk menghindari perhatian dan membaur dengan masyarakat umum. Kebiasaan berkendara di jalur kanan ini kemudian menyebar ke seluruh Eropa melalui ekspansi kekuasaan Napoleon Bonaparte.
Advertisement
Baca Juga
Wilayah-wilayah yang berada di bawah kendali Prancis dipaksa mengadopsi sistem right-hand traffic, kendaraan berjalan di sisi kanan jalan dengan posisi setir di sebelah kiri.
Dampak perubahan ini masih terasa hingga saat ini. Data menunjukkan sekitar 65 persen negara di dunia menerapkan sistem setir di sebelah kiri dengan jalur kendaraan di sisi kanan jalan.
Sementara Indonesia termasuk minoritas yang masih mempertahankan setir di kanan dengan jalur kendaraan di sisi kiri. Beberapa negara pernah melakukan perubahan sistem lalu lintas secara besar-besaran.
Timor-Leste yang awalnya menganut sistem setir kiri harus beradaptasi dengan sistem setir kanan saat berintegrasi dengan Indonesia pada 1975. Swedia juga mencatatkan sejarah perubahan serupa.
Negara Skandinavia ini menghabiskan dana sebesar 628 juta kronor atau setara lebih dari 400 juta dolar AS untuk mengubah sistem lalu lintasnya dari kiri ke kanan. Perubahan sistem berkendara membutuhkan penyesuaian infrastruktur yang tidak sederhana.
Penulis: Ade Yofi Faidzun