Kebahagiaan Ibu di Parigi Moutong Melihat Anak Kembarnya Usai Operasi Katarak Gratis

Ratusan warga miskin penderita katarak di Kabupaten Parigi Moutong mendapat operasi gratis.

oleh Heri Susanto diperbarui 12 Mar 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2024, 08:00 WIB
Operasi katarak gratis
Mensos, Tri Rismaharini saat menjenguk Roya, salah satu pasien operasi gratis katarak di RSUD Anantulako Parigi Moutong, Minggu (10/3/2024). (Foto: Heri Susanto/ Liputan6.com).

Liputan6.com, Parigi Moutong Roya (32) memeluk erat sepasang anak kembarnya yang berusia 3,5 tahun. Dia memerhatikan seksama wajah masing-masing anaknya. Dia tersenyum lama, menciumi anak-anaknya, dan memeluknya lagi. Ruangan rumah sakit Anantulako, Parigi Moutong Minggu siang (10/3/2024) itu menjadi penuh haru.

Roya adalah penderita katarak stadium berat asal Kecamatan Tinombo yang baru saja menjalani operasi. Operasi dijalani ibu tiga anak itu setelah menunggu selama 3 tahun. Selama itu juga penglihatannya hilang, meraba dan mendengar suara adalah caranya mengenali anak-anak dan suaminya. 

"Selama tiga tahun saya tidak berobat ke mana-mana, takut biaya mahal karena harus operasi," Roya menceritakan.

Roya tidak sendiri, di rumah sakit yang sama 230 penderita katarak se-Kabupaten Parigi Moutong mendapat layanan serupa, operasi gratis. Rata-rata katarak yang mereka derira sudah stadium berat. 

Operasi gratis yang digelar 9 dan 10 Maret itu sendiri digelar atas inisiatif Menteri Sosial, Tri Rismaharini yang mendapati banyaknya penderita katarak di kabupaten itu. Operasi juga bekerja sama dengan Pemkab Parigi Moutong, Perhimpunan Sokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), dan Himpunan Bersatu Teguh. Sasaran operasi gratis itu yakni warga miskin dan tidak mampu.

"Bakti Sosial ini memang kami gelar dadakan. Sewaktu digelar pemeriksaan kesehatan beberapa hari lalu di Parigi Moutong saya mendapati banyak warga yang menderita katarak," kata Menteri Sosial, Tri Rismaharini saat menjenguk para pasien di RSUD Anantulako, Minggu (10/3/2024).

Selain gratis, operasi yang dijalani para pasien itu menggunakan teknologi atau cara terbaru yakni dengan alat mata Phacoemulsification atau operasi tanpa jahit yang memungkinkan pasien pulang setelah operasi tanpa bekas atau luka jahitan. 

Sebanyak 18 tenaga medis, 6 dokter spesialis, 6 asisten dokter, 4 teknisi alat geometri, dan 2 dokter lokal terlibat dalam operasi selama 2 hari itu.

Selain operasi, ratusan pasien yang rata-rata adalah petani itu juga mendapat bantuan berupa paket sembako dari Kemensos.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya