Liputan6.com, Jakarta - Motif Batik Surabaya Maritim diunggulkan untuk jadi cenderamata khas Surabaya dengan ‘storynomic’ yang kuat, atau produk ekonomi kreatif yang lekat mengangkat narasi nilai budaya lokal.
Salah satu perajin batik pertama yang menggambar motif batik Surabaya Maritim, Pengky mengungkapkan, ia mengulik dahulu keterkaitan sejarah antara Surabaya dengan maritim.
"Kisah yang paling kuat yakni tentang Kerajaan Majapahit (yang berpusat di Mojokerto, di selatan Surabaya) yang kejayaannya terletak pada sektor maritim," ujarnya pada acara Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan oleh PT Pelindo Marine Service atau Pelindo Marine di Surabaya, ditulis Sabtu (9/11/2024).
Advertisement
Baca Juga
Uniknya, lanjut Pengky, kini untuk motif batik Surabaya Maritim, karena di Surabaya ada Pelabuhan Tanjung Perak yang modern.
"Maka gambar kapal yang muncul bukan kapal tradisional. Melainkan kapal tunda klasik yang bentuknya khas dengan deretan ban mengelilingi luas kapalnya," ucapnya.
"Lalu dihiasi dengan Daun Semanggi (Marsilea creanata) yang jadi sayuran pecel khas Surabaya juga tergambar dengan bentuk daunnya mirip baling-baling kapal,” imbuh Pengky.
Pengky menyebut, apabila ada orang datang ke Rumah Batik Putat Jaya (di eks-lokalisasi Gang Dolly) untuk belajar membatik. Maka akan didorong untuk bebas berkreasi.
“Kita bebaskan, jangan terbelenggu dengan pakem. Kita bikin sejarah batik sendiri, sehingga batik Surabaya kesannya modern dan akan lebih bebas (untuk dikembangkan), seperti motif batik Surabaya Maritim,” ujarnya sembari mempresentasikan kain batik karyanya di tengah diskusi.
Simak Video Pilihan Ini:
Storynomic Tourism
Farah Andita Ramdhani, Kepala Bidang Pariwisata, Disbudporapar Pemkot Surabaya, dalam diskusi tersebut menyebutkan bahwa Motif Batik Surabaya Maritim memperkaya katalog city branding Surabaya.
“Ini akan jadi produk ekonomi kreatif yang menarik sekali. Karena menjual narasi tentang Surabaya sebagai kota maritim dalam produk batik," ucapnya.
Dalam konteks pariwisata, lanjut Farah, ini bentuk storynomic atau menjual kota melalui narasi. "Bahwa Kota Surabaya bukan cuma ada mall. Harapannya, maka semakin banyak orang datang ke Surabaya,” ujarnya.
Ardhy Wahyu Basuki, Sekretaris Perusahaan Pelindo, mengingatkan sembari berseloroh, perajin batik sebagai UMK juga harus ingat UUD (ujung-ujungnya duit) atau maksudnya juga harus tetap menjaga agar bisnis batiknya menguntungkan.
"Pertama, produknya harus bisa memenuhi selera pasar. Karena itu Pelindo memiliki Program Maritimepreneur dan Gedor Ekspor untuk membawa UMK Indonesia naik kelas dan bisa masuk ke pasar global," ucapnya.
Kedua, kata Ardhy, produk juga perlu memiliki karakteristik. Seperti Batik Surabaya Maritim yang meromantisasi eksotisme sisi maritim kota, sekaligus juga menjadi edukasi maritim bagi masyarakat. "Karena potensi maritim Indonesia sangat besar,” ujarnya.
Diketahui, dalam diskusi tersebut juga terungkap, bahwa Surabaya tidak ada catatan sejarah akar budaya batik. Maka tidak ada pakem tertentu dalam membatik.
Maka setiap ada lomba desain Batik Surabaya tidak pernah ada pola yang selalu muncul sebagai karakteristik.
Batik di Surabaya pun selalu muncul dengan motif-motif yang kontemporer, seperti tentang bakau Wonorejo, rel Stasiun Pasar Turi, hingga penjual makanan semanggi.
Advertisement