Dedi Mulyadi: Setiap Bencana Penyelesaiannya Cuma dengan Sembako, Saya Enggak Mau!

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menegaskan pemberian bantuan sembako tidak cukup untuk mengatasi persoalan banjir. Dia menekankan pentingnya penanganan yang komprehensif.

oleh Dikdik Ripaldi Diperbarui 06 Mar 2025, 09:05 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2025, 09:05 WIB
gubernur jabar dedi mulyadi
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Dok. Humas Bappeda Provinsi Jawa Barat)... Selengkapnya

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan persoalan banjir Jabar tidak akan selesai begitu saja hanya dengan memberi bantuan sembako.

Sebagaimana diketahui, sejumlah wilayah di Jawa Barat saat ini tengah direndam banjir. Salah satunya adalah kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.

"Setiap bencana penyelesaiannya cuman dengan sembako. Saya enggak mau," kata Dedi dalam video yang diunggah di akun Instagram miliknya @dedimulyadi71 pada Kamis (6/3/2025).

Menurut Dedi, pemberian sembako ini bak menjadi ciri khas dari para kepala daerah di Jawa Barat. Tak hanya untuk korban banjir, melainkan pula untuk korban bencana lainnya.

"Kita ini punya ciri khas. Banjir dikirim sembako, longsor dikirim sembako, kebakaran dikirim sembako. Seluruh masalah penyelesaiannya sembako," imbuhnya.

Maka dari itu, Dedi menekankan agar banjir diatasi dengan penyelesaian yang komprehensif. Salah satunya, dengan mengembalikan kawasan konservasi sebagaimana mestinya.

"Puncak kembalikan menjadi daerah konservasi, menjadi daerah hijau, tidak boleh semena-mena," ucapnya.

Selain itu, Dedi mengeklaim akan memastikan daerah-daerah perkebunan maupun perhutanan tidak lagi dialihfungsikan sebagai area lain. Dia lantas menyoroti PT Perkebunan Nusantara (PTPN).

"Saya katakan PTPN sudah bertentangan dengan kalimatnya. Judulnya PT Perkebunan tapi kerjanya nyewain tanah. PT Perkebunan tapi di perkebunannya banyak bangunan. Jangan jadi PT Perkebunan menurut saya, ganti menjadi PT Kontraktor Tanah. Ini harus diubah, untuk itu caranya bagaimana? Caranya adalah seluruh area PTPN hanya dua peruntukannya, perkebunan atau perhutanan. Jangan untuk area lain," tandasnya.

Di sisi lain, Dedi mengaku tak habis pikir dengan terjadinya banjir bandang di Puncak. Sebab, Puncak merupakan kawasan dataran tinggi yang sebenarnya berada di ketinggian sekitar 1.000 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut.

"Yang paling aneh adalah Puncak banjir. Kan aneh, Puncak banjir aneh. Kalau Karawang banjir enggak aneh, Bekasi banjir enggak aneh, Subang banjir tidak aneh karena daya tanahnya rendah, cekungannya ke bawah. Ini Puncak banjir," katanya.

 

Penulis: Arby Salim

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya