Bursa Asia Dibuka Menguat di Hari Terakhir Kuartal III 2015

Indeks MSCI Asia Pasifik naik 0,3 persen menjadi 121,40 pada pukul 09.00 waktu Tokyo Jepang.

oleh Arthur Gideon diperbarui 30 Sep 2015, 08:16 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2015, 08:16 WIB
Bursa Saham Asia
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Tokyo - Saham-saham di kawasan Asia Pasifik (bursa Asia) menguat di hari yang mengakhiri kuartal III 2015 ini. Penguatan bursa Asia ini mengikuti kenaikan di Wall Street.

Mengutip Bloomberg, Rabu (30/9/2015), Indeks MSCI Asia Pasifik naik 0,3 persen menjadi 121,40 pada pukul 09.00 waktu Tokyo Jepang. Indeks patokan bursa di Asia ini telah merosot 17 persen sejak akhir Juni lalu. Penurunan yang dibukukan oleh Indeks MCI Asia Pasifik ini merupakan penurunan kuartalan terbesar sejak September 2008.

Indeks Topix Jepang menguat 1,5 persen setelah jatuh 4,4 persen pada perdagangan Selasa kemarin. Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,4 persen pada perdagangan hari ini setelah libur dua hari. Indeks A&P/ASX 200 Australia naik 0,1 persen dan Indeks NZX 50 Selandia Baru turun 0,4 persen.

Sebenarnya pergerakan saham cukup stabil dalam beberapa pekan terakhir di tengah kebingungan atas posisi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga.

Selain itu, Kekhawatiran akan penurunan pertumbuhan ekonomi China juga membebani pergerakan bursa di Asia dan juga di belahan dunia lain.

Dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi China tersebut, permintaan akan komoditas juga menurun sehingga mempengaruhi gerak saham-saham tambang. Bursa China mulai libur selama lima hari pada Kamis besok.

"Pasar Asia sepertinya ingin menorehkan catatan positif di hari terakhir kuartal ini," jelas Chief Market Strategist, IG Ltd, Melbourne, Australia, Chris Weston.

Ia melanjutkan, pelaku pasar mulai mengambil aksi beli seperti apa yang terjadi atau kebiasaan pada tahun-tahun sebelumnya.

Pada perdagangan kemarin, aksi jual terjadi di bursa saham Asia dengan indeks saham acuan regional meluncur ke level terendah untuk hampir tiga tahun.

Hal itu mengingat pelaku pasar khawatir terhadap ekonomi China. Sentimen itu juga mendorong obligasi naik dan yen bergerak fluktuaktif karena dianggap sebagai investasi aman. (Gdn/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya