Liputan6.com, Jakarta - Harga komoditas koreksi sepanjang 2015 mendorong kinerja PT Timah Tbk (TINS) tertekan. Hal itu ditunjukkan dari laba bersih PT Timah Tbk (TINS) susut 84,90 persen menjadi Rp 101,65 miliar.
Sementara itu, pendapatan turun 8,56 persen menjadi Rp 6,87 triliun sepanjang 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 7,51 triliun.
Beban pokok pendapatan naik menjadi Rp 6,18 triliun pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,90 triliun. Hal itu membuat laba kotor turun 57,53 persen menjadi Rp 686 miliar pada 2015.
Advertisement
Perseroan mencatatkan kenaikan beban penjualan naik menjadi Rp 89,16 miliar pada 2015. Selain itu, pendapatan keuangan merosot menjadi Rp 8,67 miliar pada 2015 dari periode 2014 di kisaran Rp 16,55 miliar.
Baca Juga
Dengan melihat kondisi itu, laba bersih per saham turun menjadi 14 pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya 90.
"Pendapatan dan laba turun karena harga timah merosot lebih dari 30 persen dari tahun 2014. Kami dapat efisiensi di segala lini dan produksi yang paling dominan maka tetap untung," kata Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Agung Nugroho saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (8/3/2016).
Biaya produksi perseroan 20,41 persen secara year on year (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan biaya ini dilakukan dengan mengefektifkan dan mengendalikan biaya antara lain pemakaian bahan bakar minyak (BBM), suku cadang serta menghentikan alat produksi yang tidak produktif dan biaya tinggi.
Agung optimistis kinerja perseroan akan positif pada 2016. Hal itu juga didukung dari anak usaha perseroan. PT Timah Tbk mulai melakukan diversifikasi usaha pada 2015 dengan membentuk anak usaha antara lain PT Rumah Sakit Bhakti Timah yang bergerak di pelayanan kesehatan, anak usaha properti.
"Kami juga mulai mengolah mineral ikutan berupa Tanah Jarang yang sudah merampungkan pabrik pengolahan mini plant pada 2015 di Muntok Bangka Barat, dan saat ini dilanjutkan ke tahapan skala industri," kata Agung.
Selain itu, dampak dari regulasi pemerintah melalui Departemen Perdagangan mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33 Tahun 2015 yang salah satu di antaranya melakukan ekspor timah harus memiliki sertifikat "clear and clean" sudah mulai terlihat di awal 2016.
"Harga logam timah di bursa timah bergerak positif sehingga memberikan optimisme terhadap membaiknya tata kelola pertimahan Indonesia yang dapat mendongkrak kinerja perseroan ke depan," kata Agung.
Pada perdagangan saham Selasa 8 Maret 2016, saham PT Timah Tbk naik 13,39 persen ke level Rp 720 per saham. (Ahm/Igw)
Â
Saksikan Live Gerhana Matahari Total, Rabu 9 Maret 2016 di Liputan6.com, SCTV dan Indosiar Mulai Pukul 06.00 - 09.00 WIB. Klik di siniÂ
Â