Liputan6.com, Jakarta Dunia sepak bola kerap menjadi magnet bagi investor global. Klub-klub besar Eropa kini bukan hanya sekadar entitas olahraga, tetapi juga aset bisnis bernilai tinggi. Salah satu skenario menarik yang bisa terjadi adalah jika Danantara, perusahaan investasi dengan modal mencapai USD 20 miliar, tertarik membeli Manchester United.
Saat ini, harga pasar Manchester United diperkirakan berada di kisaran USD 6,5 miliar atau sekitar Rp 107 triliun. Dengan modal yang dimiliki Danantara, langkah untuk mengakuisisi klub legendaris Liga Inggris itu bukan hal yang mustahil.
Baca Juga
Jika ini terjadi, Danantara bisa mengikuti jejak Sovereign Wealth Fund (SWF) Arab Saudi, Public Investment Fund (PIF), yang sukses mengakuisisi Newcastle United serta memiliki empat klub di Saudi Pro League.
Advertisement
Kondisi MU Memprihatinkan
Di sisi lain, Manchester United tengah menghadapi badai efisiensi keuangan. Klub yang bermarkas di Old Trafford ini bahkan baru saja memangkas anggaran, termasuk menghapus jatah makan untuk staf.
Kondisi ini bisa menjadi momentum tepat bagi investor baru untuk masuk dan melakukan transformasi, baik dari sisi finansial maupun performa klub di lapangan.
Investasi di dunia sepak bola kini semakin menarik seiring dengan perkembangan industri olahraga yang kian pesat. Hak siar, sponsor, dan komersialisasi klub menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan.
Jika Danantara serius mempertimbangkan langkah ini, bukan tidak mungkin Manchester United bisa kembali ke puncak kejayaan dengan suntikan dana dan strategi bisnis yang lebih agresif.
Apakah Danantara akan benar-benar terjun ke dunia sepak bola? Jika iya, akuisisi Manchester United bisa menjadi langkah besar yang mengubah peta persaingan sepak bola Eropa.
Manchester United Terancam Bangkrut
Manchester United kembali menjadi sorotan setelah co-owner klub, Sir Jim Ratcliffe, dikabarkan tengah mempertimbangkan pemutusan hubungan kerja (PHK) tambahan. Hal ini tentunya menjadi ancaman Manchester United bangkrut.
Keputusan ini diambil sebagai bagian dari langkah efisiensi di tengah kerugian klub yang mencapai hampir Rp6 triliun dalam tiga tahun terakhir, yang dianggap "tidak berkelanjutan" oleh sumber internal.
Efisiensi Keuangan: Rencana PHK dan Penutupan Kantor London
Dikutip dari BBC, Senin (17/2/2025), berdasarkan laporan yang beredar, Ineos Group, perusahaan yang dipimpin oleh Ratcliffe dan juga pemilik sebagian saham Manchester United, sedang mempertimbangkan pemutusan kerja bagi 100 hingga 200 staf.
Detail mengenai jumlah pasti yang akan di PHK, waktu pelaksanaan, dan departemen yang terdampak masih dalam tahap pertimbangan, dengan keputusan final diharapkan dalam dua minggu ke depan.
Selain itu, klub juga sedang mempertimbangkan penutupan kantor mereka di Kensington, London. Meskipun demikian, pejabat klub menegaskan bahwa mereka tetap akan memiliki kehadiran di ibu kota Inggris untuk keperluan pemasaran dan penjualan kepada mitra global.
Advertisement
Pemotongan Anggaran: Dampak terhadap Tim dan Keuangan Klub
Ineos sebelumnya telah melakukan berbagai pemotongan anggaran, termasuk:
- PHK terhadap 250 karyawan.
- Menghentikan status Sir Alex Ferguson sebagai duta berbayar.
- Menghapus kebijakan perjalanan gratis bagi staf ke pertandingan final.
Dana yang dihemat dari kebijakan ini diklaim akan dialokasikan kembali ke tim utama. Klub memperkirakan bahwa gelombang PHK sebelumnya mampu menghemat sekitar Rp900 miliar per tahun.
Dalam perkembangan lain, kepala operasional tim yang telah lama menjabat, Jackie Kay, dipastikan akan meninggalkan klub setelah hampir 30 tahun mengabdi.
Kondisi Keuangan Manchester United
Manchester United mengalami kerugian bersih sebesar Rp2,2 triliun hingga 30 Juni 2024. Hal ini mengikuti tren negatif dengan kerugian Rp550 miliar pada 2022-23 dan Rp2,3 triliun pada 2021-22. Total kerugian dalam lima tahun terakhir telah melampaui Rp7,4 triliun.
Namun, di sisi pendapatan, angka komersial MU meningkat drastis dari Rp1,6 triliun pada 2010 menjadi Rp5,9 triliun pada 2024. Meski demikian, seperti banyak klub papan atas lainnya, United menghadapi tantangan stagnasi pendapatan dari hak siar, sehingga membutuhkan strategi baru untuk meningkatkan pemasukan bagi tim utama.
Advertisement
