2 Sektor Saham Bikin Laju Wall Street Bervariasi

Secara bulanan, wall street cenderung menguat usai pemilihan presiden Amerika Serikat.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Des 2016, 05:08 WIB
Diterbitkan 01 Des 2016, 05:08 WIB

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street cenderung melemah didorong sektor saham teknologi.  Pelemahan terbatas lantaran sektor energi menguat.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu  (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik tipis 1,98 poin atau 0,01 persen ke level 19.123,58. Indeks saham S&P 500 merosot 5,85 poin atau 0,27 persen ke level 2.198,81. Sedangkan indeks saham Nasdaq tergelincir 56,26 poin atau 1,05 persen ke level5.323,68.

Secara bulanan,indeks saham acuan tersebut kompak menguat. Indeks saham Dow Jones naik 5,4 persen, indeks saham S&P 500 menanjak  3,4 persen dan indeks saham Nasdaq mendaki  2,6 persen pada November 2016.

Pada November, bursa saham AS catatkan performa terbaik sejak Maret 2016. Kenaikan indeks  saham terjadi usai pemilihan presiden  AS.

Harga minyak menguat dorong  sektor saham energi melonjak. Kenaikan sektor saham energi itu usai OPEC setuju memangkas produksi. Harga minyak  Amerika Serikat  (AS) naik 9,3 persen. Sektor saham energi S&P pun melonjak 4,8  persen.

Saham bank pun menguat usai pernyataan Steven Mnchin, yang dipilih jadi US Treasury Secretary oleh presiden AS terpilih Donald Trump. Steven menuturkan reformasi pajak akan menjadi prioritas ke depannya. Saham Bank of America naik 4,5 persen.

Akan tetapi, sektor saham telekomunikasi dan utilitas cenderung tertekan. Hal itu dipengaruhi kemungkinan suku bunga naik. Sektor saham utilitas di indeks saham S&P 500 merosot 3,2 persen. Sedangkan saham AT&T turun 2,2 persen.

"Ini pelaku pasar mengantisipasi saling berhubungan. Saham energi kembali reli, dan ini baik untuk industri energi AS yang memegang peran penting dalam ekonomi. Namun tekanan ada seiring ekonomi baik akan mendorong bank sentral Amerika Serikat untuk naikkan suku  bunga. Ini ada kemungkinan realokasi modal," jelas Tim Ghriskey, Chief Investment Officer Solaris Group, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (1/12/2016).

Investor mengharapkan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga pada Desember.

Volume perdagangan saham tercatat 9,5 miliar saham di wall street atau bursa saham AS.  Angka ini di atas rata-rata harian 7,9 miliar saham dalam 20 hari.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya