Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan saham kesehatan memimpin penurunan karena investor melakukan aksi ambil untung usai kemenangan Donald Trump. Tak hanya itu, investor juga masih menunggu kejelasan tentang kebijakan AS ke depan.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (19/11/2016), indeks Dow Jones industrial average turun 35,68 poin atau 0,19 persen ke 18.868,14, indeks S&P 500 telah kehilangan 5,17 poin atau 0,24 persen menjadi 2.181.95 dan Nasdaq Composite terkikis 12,46 poin atau 0,23 persen menjadi 5.321,51.
Pergerakan Wall Street umumnya terus menanjak sejak kemenangan mengejutkan Donald Trump dalam pemilihan Presiden AS pekan lalu. Diharapkan kemenangan ini bisa mendorong belanja infrastruktur dan mengurangi pajak untuk angkat perekonomian.
"Hingga kini Investor masih menanti seperti apa kebijakan AS ke depan," kata Direktur Strategi Investasi Glenmede, Jason Pride.
Sekitar 7 dari 11 sektor di indeks S&P 500 berakhir lebih rendah. Kerugian saham Merck dan Allergan Plc menyeret turun saham sektor kesehatan, yang memimpin penurunan dengan anjlok 1,2 persen.
Sektor konsumen turun 0,4 persen, terbebani oleh penurunan 1 persen saham Procter & Gamble. Sedangkan sektor energi menjadi pemain terbaik dengan kenaikan 0,7 persen terangkat harga minyak berjangka yang naik.
Begitu pula sektor keuangan naik 0,2 persen, dan telah meningkat hampir 11 persen sejak pemilu AS, didorong oleh prospek suku bunga yang lebih tinggi dan peraturan yang lebih ringan.
Sekitar 83 persen pedagang saham memprediksi Bank Sentral AS atau Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan Desember, menurut data Thomson Reuters. Gubernur The Fed Janet Yellen pada Kamis juga telah memberikan sinyal akan segera kenaikan suku bunga acuan.
HEADLINE HARI INI
Geger Harvey Moeis dan Sandra Dewi Terdaftar BPJS Kesehatan Fakir Miskin, Kok Bisa?
Wall Street Anjlok Dipimpin Saham Kesehatan
Wall Street ditutup melemah pada penutupan perdagangan. Investor juga masih menunggu kejelasan tentang kebijakan AS ke depan.
diperbarui 19 Nov 2016, 04:48 WIBDiterbitkan 19 Nov 2016, 04:48 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Turis Singapura Dilecehkan Saat Malam Tahun Baru di Braga Bandung, Pelaku Masih Diburu
350 Kata Bijak untuk Diri Sendiri yang Memotivasi dan Menginspirasi
Keluarga Minta Pelaku Penembakan Bos Rental Mobil di Rest Area Dihukum Berat
Tujuan LBB: Mewujudkan Perdamaian dan Keamanan Dunia
Demi Gelandang Finlandia, 2 Klub Papan Bawah Liga Inggris Saling Sikut di Bursa Transfer Januari 2025
Polda Sulut Beber Angka Kecelakaan Lalu Lintas Sepanjang Tahun 2024
Sinopsis Film Korea Escape di Vidio, Sajikan Perpaduan Thriller dan Aksi Menegangkan Lee Je Hoon
Hasil PLN Mobile Proliga 2025: Jakarta Electric PLN Terlalu Tangguh untuk Yogya Falcons
PPN 12% Hanya Berlaku untuk Barang Mewah, jadi Hadiah Tahun Baru bagi Pengusaha
Kisah Abu Jahal dan Orang Jahiliyah Libur Maksiat di Bulan Rajab, Kenapa?
Memahami Tujuan Kuliah: Panduan Lengkap untuk Mahasiswa
Anggota Kodam Bukit Barisan Tangkap Begal yang Resahkan Warga Binjai