IHSG Menguat Tertopang Data Makro Ekonomi

Ada sebanyak 57 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau.

oleh Nurmayanti diperbarui 02 Des 2016, 09:12 WIB
Diterbitkan 02 Des 2016, 09:12 WIB
Kenaikan IHSG salah satunya tertopang data makro ekonomi.
Kenaikan IHSG salah satunya tertopang data makro ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melanjutkan penguatan pada perdagangan Jumat di akhir pekan ini. Laju IHSG ini berbeda dengan arah Bursa Asia yang justru tergelincir.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Jumat (2/12/2016),IHSG naik 9,16 poin atau 0,18 persen ke level 5.207,98. Penguatan IHSG berlanjut  pada pukul 09.00 WIB. IHSG mendaki 0,24 persen atau 12,6 poin ke level 5.211,43.

Indeks saham LQ45 menguat 0,43 persen ke level 3.752. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

IHSG sempat berada di level tertinggi 5.208,68 dan terendah 5.203,3. Ada sebanyak 57 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 29 saham melemah dan 87 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 3.735 kali dengan volume perdagangan 289,7 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 81,8 miliar.

Investor asing melakukan aksi beli sekitar Rp 14,5 miliar di pasar reguler.

Secara sektoral, 5 sektor saham menghijau. Sektor saham industri naik 0,81 persen, dan mencatatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham keuangan yang naik 0,64 persen, dan sektor saham perdagangan menguat 0,53 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham BMAS naik 11,11 persen ke level Rp 380 per saham, saham AGRS menguat 6,78  persen ke level Rp 92 per saham, dan saham ALMI mendaki 23,5 persen ke level Rp 226 per saham.

Selain itu, saham-saham tergelincir antara lain saham RANC melemah 7,89 persen ke level Rp 525 per saham, saham INPC tergelincir 4,04 persen ke level Rp 95 per saham.

Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi sebelumnya memprediksi,  IHSG akan bergerak pada support 5.180 dan resistance 5.257.

Dia mengatakan, kenaikan IHSG salah satunya tertopang data makro ekonomi. "Tingkat inflasi naik di atas ekspektasi akibat terdepresiasi mata uang rupiah sedangkan tingkat inflasi inti stabil dan justru turun di level 3,07 persen dari 3,08 persen menandakan kondisi ekonomi Indonesia di akhir tahun masih cukup terkendali," ujar dia.

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya