Bursa Asia Menguat Terdorong Lonjakan Harga Minyak

Bursa Asia menguat antara lain terimbas harga minyak yang melonjak pada perdagangan di awal sesi di Asia.

oleh Nurmayanti diperbarui 12 Des 2016, 08:24 WIB
Diterbitkan 12 Des 2016, 08:24 WIB
Bursa Asia
Bursa Asia menguat antara lain terimbas harga minyak yang melonjak pada perdagangan di awal sesi di Asia.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia menguat pada pembukaan perdaganngan di awal pekan ini, terdorong harga minyak mentah yang melonjak usai tercapainya kesepakatan antara OPEC dan negara non-OPEC terkait pembatasan produksi pada akhir pekan lalu.

Melansir laman CNBC, Senin (12/12/2016), indeks Nikkei melonjak 0,98 seiring melemahnya yen terhadap dolar, yang diperdagangkan pada posisi 115,39, lebih rendah dibandingkan pekan lalu yang di posisi 113.

Di Australia, indeks ASX 200 naik 0,28 persen, terdorong sub-indeks energi, yang naik 2,53 persen.

Sementara bursa Selandia Baru NZX 50 naik 0,032 persen pada awal perdagangan. Kenaikan terjadi usai partai yang berkuasa di negara itu mengumumkan Bill English sebagai perdana menteri baru, menyusul pengunduran diri John Keys yang mengejutkan pada Senin lalu.

Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,25 persen. Negara ini tengah berjuang dengan skandal korupsi yang menyebabkan berlangsungnya pemungutan suara parlemen pada Jumat untuk mendakwa incumbent Presiden Park Geun-hye.

Sementara Menteri Keuangan Korea Selatan memperingatkan jika langkah impeachment bisa membebani sentimen ekonomi negara Asia timur ini.

Bursa Asia menguat antara lain terimbas harga minyak yang melonjak pada perdagangan di awal sesi di Asia. Ini usai investor bereaksi terhadap berita di akhir pekan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

OPEC dan negara-negara non-OPEC yang dipimpin Rusia menyepakati perjanjian pemotongan produksi di Wina, merupakan yang pertama sejak 2001.

Kesepakatan diyakini akan membantu untuk mengurangi pasokan global setelah lebih dari dua tahun mendorong harga minyak turun.

Harga minyak mentah AS melonjak 4,37 persen menjadi US$ 53,76 per barel selama perdagangan. Sementara harga minyak mentah Brent melonjak 4,07 persen menjadi US$ 56,63 per barel.

"Pertanyaan apakah perjanjian produksi akan dipatuhi adalah salah satu yang bisa dilihat di masa depan. Pada tahap ini asumsi yang aman adalah bahwa mereka akan mematuhinya dalam beberapa bulan pertama," kata Ric Spooner, Kepala Analis Pasar di CMC Markets.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya