Saham Kapitalisasi Besar Turun, IHSG Koreksi 1,4 Persen

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,4 persen menjadi 5.272 pada Jumat 13 Januari 2016.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Jan 2017, 09:36 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2017, 09:36 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung tertekan pada pekan ini. Saham-saham unggulan alami koreksi berimbas ke IHSG.

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, seperti ditulis Sabtu (14/1/2017), IHSG merosot 1,4 persen secara mingguan dari kisaran 5.347,02 pada Jumat pekan lalu menjadi 5.272,98 pada Jumat 13 Januari 2017.

Tekanan IHSG itu terjadi didorong dari rotasi saham-saham defensif menjadi siklikal. Akhirnya, saham-saham unggulan almi koreksi dua persen secara mingguan. Sedangkan saham berkapitalisasi kecil naik 0,2 persen.

Di pasar obligasi atau surat utang, imbal hasil obligasi turun menjadi 7,6 persen dari 7,8 persen. Investor asing masuk ke pasar obligasi mencapai US$ 358 juta, sedangkan di pasar saham, investor asing melakukan aksi jual sekitar US$ 59 juta pada pekan ini.

Ada sejumlah sentimen yang pengaruhi pasar modal pada pekan ini baik dari dalam negeri dan luar negeri. Sentimen dari luar negeri dipengaruhi hasil konfrensi pers presiden terpilih AS Donald Trump. Hasil konfrensi pers pertama Donald Trump sebagai presiden AS menjawab tudingan soal Rusia dan konflik kepentingan di bisnisnya.

Dia juga membahas isu sektor kesehatan. Ia mendorong bisnis farmasi untuk menawarkan harga obat murah. Donald Trump juga ungkap soal pajak bagi perusahaan AS. Usai konfrensi pers itu, pasar pun bereaksi negatif.

Masih dari AS, data ekonomi AS menunjukkan kenaikan positif. Hal ini ditunjukkan dari kredit konsumen mencapai US$ 24,5 miliar pada November 2016 dari bulan sebelumnya US$ 16,2 miliar. Bisnis kecil di AS juga menunjukkan optimisme pada Desember 2016 seiring adanya harapan prospek ekonomi.

Dari dalam negeri, rilis data pengampunan pajak atau tax amnesty terbaru juga pengaruhi pasar. Selain itu, cadangan devisa Indonesia meningkat US$ 4,9 miliar menjadi US$ 116,4 miliar pada Desember 2016.

"Pemerintah juga merilis aturan ekspor mineral terbaru. Pemerintah izinkan ekspor nikel berkategori rendah dalam lima tahun asal memenuhi syarat yaitu membangun smelter dan 30 persen dari total produksi digunakan untuk domestik," tulis laporan Ashmore.

PT Ashmore Asset Management Indonesia juga mendapatkan kesempatan ikut dalam pertemuan ekonom dan analis dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dalam pertemuan itu menunjukkan kalau pemerintah optimistis terhadap fundamental ekonomi Indonesia.

Meski demikian, pemerintah juga memperhatikan sejumlah risiko yang dapat pengaruhi pertumbuhan ekonomi, inflasi dan harga minyak Indonesia. Selain itu juga dampak dari rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) sebanyak tiga kali pada 2017.

Dalam diskusi itu itu juga fokus terhadap anggaran dan usai pengampunan pajak. Untuk anggaran, pemerintah mengharapkan ada kenaikan pendapatan negara 19 persen secara year on year. Pendapatan itu akan dialokasikan untuk pertumbuhan multiflier seperti infrastruktur.

Sedangkan terkait pengampunan pajak, pemerintah tidak memiliki target tinggi untuk tahap ketiga. Hal itu lantaran sebagian besar target sudah tercapai pada tahap pertama. Sebaliknya Kementerian Keuangan akan memulai pemeriksaan pajak yang membeku selama periode amnesti pajak.

Kementerian Keuangan juga menegaskan tetap menjaga defisit fiskal, dan terus melakukan reformasi meliputi sistem teknologi informasi, proses bisnis dan peraturan melalui revisi pajak.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya