Suku Bunga The Fed Tetap, Bursa Asia Merosot

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah berimbas ke pergerakan bursa Asia.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Mei 2017, 08:45 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2017, 08:45 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang3
Beberapa orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks pasar saham terbesar di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/2015). Meskipun Nikkei mengalami kenaikan pada Jumat pagi, tetapi tertutupi oleh penurunan tajam di Fast Retailing Co. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Singapura - Bursa Asia melemah pada perdagangan Kamis pekan ini seiring bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang tertekan.

Sedangkan dolar Amerika Serikat (AS) mempertahankan penguatan usai bank sentral AS atau the Federal Reserve yang agresif soal suku bunga.

Bank sentral AS mempertahankan suku bunga usai pertemuan dua hari ini. Bank sentral AS pertahankan suku bunga di kisaran 0,75 persen-1 persen yang sesuai harapan pasar.

Namun, bank sentral AS atau the Federal Reserve mengabaikan pertumbuhan ekonomi AS melambat pada kuartal I 2017, dan melihat data tenaga kerja menguat. Data ekonomi ini menjadi sinyal kalau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih dari dua kali pada 2017.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,15 persen di awal perdagangan. Indeks saham Australia merosot 0,3 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi menguat. Sedangkan bursa saham Jepang libur peringati Golden Week.

Di bursa saham Amerika Serikat cenderung variasi. Indeks saham Nasdaq melemah 0,4 persen seiring saham Apple tertekan usai laporan penjualan lebih rendah. Selain itu, saham Facebook dan Tesla juga menekan indeks saham Nasdaq.

Di pasar uang, dolar AS menguat 0,1 persen menjadi 112,83 terhadap yen, ini tertinggi sejak 20 Maret. Indeks dolar AS menguat 0,1 persen ke level 99,33. Euro stabil di kisaran US$ 1,088 usai melemah 0,4 persen pada Rabu pekan ini.

"Kunci ke depannya yaitu data ekonomi Amerika Serikat. Namun, the Federal Reserve akan mencermati Washington dan negosiasi soal rencana pemotongan pajak oleh pemerintahan baru," ujar Lee Ferridge, Kepala Riset State Street Global Markets, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (4/5/2017).

"Jika data terus bertahan, dan lebih baik lagi. Sementara kemungkinan kesepakatan pemotongan pajak tetap terjaga maka pasar akan bergerak pada Juni," tambah dia.

Saat ini perhatian pasar beralih ke laporan gaji non pertanian Amerika Serikat pada Maret yang dirilis pada Jumat pekan ini. Sebelumnya data tenaga kerja swasta menambahkan 177 ribu pekerjaan pada April 2017. Ini lebih tinggi dari perkiraan.

Di pasar komoditas, harga minyak Amerika Serikat berada di kisaran US$ 47,65 per barel. Harga emas mendatar di kisaran US$ 1.238,31 per ounce.

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya