Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat usai transaksi perdagangan yang bergejolak. Pelaku pasar mencermati data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan pasokan minyak.
Harga minyakWest Texas Intermediate (WTI) naik 16 sen menjadi US$ 47,82 per barel. Harga minyak Brent menguat 33 sen menjadi US$ 50,79 per barel.
Pada awal perdagangan, harga minyak WTI sempat ke level terendah sejak 27 Maret ke level US$ 47,30 usai the US Energy Information Administration (EIA) menyatakan pasokan minyak turun 930 ribu barel menjadi 527,8 juta.
Advertisement
"Jika hraga minyak turun di bawah level itu maka zona support utama di US$ 45,33-US$ 44,09. Harga minyak terutama AS berada di sesi terendah," ujar Wakil Presiden Direktur Powerhouse David Thompson, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (4/5/2017).
Baca Juga
Selain itu, stok bensin naik 191 ribu barel. Ini lebih rendah dari perkiraan kenaikan 1,3 juta barel. Namun, permintaan bensin turun 2,7 persen selama empat minggu terakhir.
"Ini terus tren sejak awal tahun ketika penjualan rendah, dan itu membuat tekanan terhadap harga minyak mentah. Permintaan bensin akan menjadi cerita ke depan," ujar Presiden Direktur Lipow Oil Associates Andrew Lipow.
Investor juga memantau langkah sejumlah negara untuk memangkas produksi sekitar 1,8 juta barel per hari hingga pertengahan tahun 2017. Rusia memberikan kontribusi terbesar untuk pemangkasan produksi di luar anggota negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC.
Rusia memangkas produksi lebih dari 300 ribu barel per hari, sejak sentuh produksi tertinggi pada Oktober. Adapun berdasarkan survei Reuters, kalau kepatuhan negara tergabung dalam OPEC memangkas produksi menunjukkan penurunan. OPEC akan kembali gelar pertemuan pada 25 Mei.