Bursa Asia Memerah Ikuti Laju Wall Street

Investor terus mengawasi perkembangan politik yang terjadi di dunia dan mempengaruhi gerak pasar.

oleh Nurmayanti diperbarui 06 Jun 2017, 08:40 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2017, 08:40 WIB
Bursa Saham Asia
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia dibuka memerah pada perdagangan hari ini, mengikuti laju Wall Street yang sebelumnya ditutup melemah.

Melansir laman CNBC, Selasa (6/6/2017), indeks acuan Jepang Nikkei diperdagangkan melemah 0,3 persen. Sementara indeks ASX 200 turun 0,6 persen, didorong penurunan sub-indeks utilitas, keuangan dan energi. Adapun  Bursa Korea Selatan ditutup untuk Memorial Day.

Gerak yang lebih rendah di pasar bisa jadi karena investor menunggu berita lebih besar yang muncul dalam sepekan ini, menurut Ahli Strategi National Australia Bank Curenncy Rodrigo Catril dalam catatannya.

"Ini adalah lanjutan sesi semalam yang sepi menjelang apa yang bisa dibilang hari Kamis yang penuh badai, dengan pemilihan Bank Sentral Eropa, Inggris Raya dan (James) Comey semua terjadi pada hari yang sama," kata Catril.

Pedagang juga terus mengawasi perkembangan politik yang terjadi termasuk pemilihan Inggris, kesaksian dari mantan direktur FBI James Comey mengenai kemungkinan kolusi kemungkinan kampanye Trump dengan Rusia, dan suara legislatif Prancis.

Wall Street sebelumnya tercatat melemah pada penutupan perdagangan Senin terpicu penurunan saham Apple yang mengimbangi kenaikan saham energi dan keuangan, yang menjadi sektor dengan kinerja terburuk sepanjang tahun ini.

Melansir laman Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 22,25 poin atau 0,1 persen menjadi 21.184,04. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 2,97 poin atau 0,12 persen menjadi 2.436,1 dan Nasdaq Composite .turun 10,11 poin atau 0,16 persen menjadi 6.295,68.

Energi, pada indeks S&P 500 mencatatkan performa terburuk sejauh ini di 2017. Demikian pula pada sektor perbankan, meskipun terjadi penurunan harga minyak mentah dan kurva imbal hasil yang mendekati level terendah dalam delapan bulan.

Sektor perbankan diharapkan dapat tampil lebih baik, dimana obligasi dengan jangka waktu yang lebih lama memerlukan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk menarik investor.





Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya