Bertolak Belakang dengan Wall Street, Bursa Asia Menguat

Saham-saham di sektor teknologi terutama saham Apple menjadi pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS).

oleh Nurmayanti diperbarui 13 Jun 2017, 08:31 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2017, 08:31 WIB
Bursa Saham Asia 6
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta Bursa Asia menguat bertolak belakang dengan Wall Street yang melemah akibat terseret saham teknologi di hari kedua. Sementara nilai tukar Dolar Kanada melonjak seiring prediksi kenaikan tingkat suku bunga akan lebih cepat dari perkiraan.

Melansir laman Reuters, Selasa (13/6/2017), indeks MSCI terbesar di Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,1 persen pada awal perdagangan. Sementara indeks Nikkei Jepang tergelincir 0,3 persen.

Adapun KOSPI Korea Selatan naik 0,3 persen, terpicu stabilnya saham Samsung Electronics (005930.KS) yang sempat merosot 1,6 persen pada Senin. Kemudian pulihnya saham Naver Corp dan LG Innotek, yang  menyebabkan kerugian di pasar saham Asia kemarin.

Wall Street dilaporkan tertekan pada penutupan perdagangan. Saham-saham di sektor teknologi terutama saham Apple menjadi pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 36,3 poin atau 0,17 persen menjadi 21.235,67. S&P 500 kehilangan 2,38 poin atau 0,10 persen menjadi 2.429,39. Sedangkan Nasdaq Composite melemah 32,45 poin atau 0,52 persen menjadi 6.175,47.

Wall Street tertekan pelemahan saham-saham di sektor teknologi terutama saham Apple. Pelemahan saham perusahaan yang dibangun oleh Steve Jobs ini mencapai 2,4 persen pada perdagangan di awal pekan ini melanjutkan penurunan dalam yang telah dicetak pada pekan lalu.

Salah satu penyebab pelemahan saham Apple setelah Mizuho Securities memangkas rekomendasi saham tersebut menjadi 'netral' dari sebelumnya adalah 'beli'. Menurut Mizuho Securities, harga saham Apple tidak tidak sesuai dengan kinerja fundamental perusahaan.

"Kita tidak hanya duduk diam melihat penurunan yang berkepanjangan pada saham teknologi AS. Meski ada kemungkinan besar sektor ini sekarang berperforma buruk dan saya telah menyarankan meningkatkan eksposur terhadap keuangan AS dalam perdagangan," ujar Chris Weston, Kepala Ahli Strategi pasar di IG di Melbourne, dalam sebuah catatannya.

Terkait mata uang, Dolar Kanada mempertahankan penguatannya di hari kedua ini, setelah pejabat Bank of Canada mengatakan jika bank sentral akan menilai apakah perlu mempertahankan tingkat suku bunga di rekor terendah saat pertumbuhan ekonomi terjadi.

Itu menandakan terjadinya perubahan nada dari Bank Sentral Kanada, yang mengatakan di awal tahun ini bahwa pemotongan suku bunga tetap tak akan terjadi.

Adapun Dolar AS gagal menaikkan kekuatannya terhadap Yen Jepang, menjelang kenaikan suku bunga yang diperkirakan dilakukan Federal Reserve pada minggu ini. Dolar mendatar di posisi 109,95  Yen, setelah jatuh 0,4 persen pada hari Senin.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya