25 Tahun BEI, Kapitalisasi Pasar Tercatat Hampir Rp 6.500 Triliun

Bursa Efek Indonesia merayakan hari ulang tahun ke-25, dan selama itu menjalani perjalanan panjang mulai dari perkembangan teknologi.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Jul 2017, 14:44 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2017, 14:44 WIB
Reunian Direktur BEI di Hari Jadi BEI yang Ke 25
Dirut BEI, Tito Sulistio membuka perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (13/7). Merayakan hari jadi yang ke 25, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengundang komisaris dan direksi periode 1992 hingga 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) merayakan hari ulang tahun ke-25 pada 2017. Di umur yang seperempat abad ini, telah banyak hal-hal yang dilalui oleh lembaga yang sebelumnya bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ) tersebut.

Angka 25 tahun dihitung sejak BEI mulai melakukan swastanisasi. Sebab sebelumnya BEI bernama Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), dan ketika diswastanisasi di masa kepemimpinan Hasan Zein Mahmud pada 1992.

"BEI kini menjadi bursa yang berikan return terbesar di dunia. Ini tidak bisa terjadi kalau Pak Hasan Zein tidak memulai menswastanisasi," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (13/7/2017).

Setelah diswastanisasi, BEI pun langsung berkembang secara cepat. Jika sebelumnya sistem perdagangan saham di bursa efek ini masih manual, yakni menggunakan papan, pada 1995 sistemnya mulai berganti ke sistem komputer bernama Jakarta Automatic Trading Systems (JATS).

Direktur Utama PT BEJ periode 1999-2002 Mas Achmad Daniri mengungkapkan, transisi sistem dari manual ke komputerisasi ini membuat BEJ kinerja kala itu semakin efektif dan efisien. Hal ini juga merupakan salah satu titik balik berkembangnya BEI hingga saat ini.

‎"Saya kira saya kan termasuk yang transisi, dari bursa yang masih manual kemudian menjadi bursa yang otomasi dan scriptless, pindah buku gitu ya. Zaman dulu ada lantai, menurut saya kenapa sekarang masih ada lantai karena dulu orang dari manual nanti bisa kaget kalau langsung tidak kelihatan. Jadi makanya saya buat transisi, yaitu ada lantai perdagangan, persoalannya tinggal pindah buku pindah buku saja. Transaksi otomasi bisa dilakukan di mana saja, bursa kita itu bursa modern," kenang dia.

Selain hal-hal yang menggembirakan, BEI juga pernah mengalami masa-masa sulit, salah satunya ketika terjadi ledakan bom mobil yang terjadi pada 13 September 2000. Selain itu, BEI juga sempat mengalami penghentian sementara perdagangan sahamnya (halting) pada 8 Oktober 2008 yang dipicu oleh krisis ekonomi yang terjadi kala itu.

Meski demikian, BEI bisa terus berkembang hingga saat ini. Bahkan pada 3 Juli 2017, pertama dalam sejarah BEI berhasil mencatatkan IHSG tertinggi di level 5.910,287.

"Selama 25 tahun ini makin maju, kapitalisasinya tadi Rp 6.500 triliun, saya kira 50 persen hampir GDP kita. Mudah-mudahan bisa terus meningkat dan mengalahkan Singapura dengan menaikkan kapitalisasi. Ini ujung tombak di depan yang sering dijadikan indikasi perekonomian suatu negara. Stabilitas politik juga bisa dilihat dari bursa efek," ujar Mantan Presiden Komisaris BEJ Fuad Bawazier.

Sepanjang 2017, pertumbuhan kinerja IHSG 9,86 persen ke level 5.819 pada penutupan perdagangan saham Rabu 12 Juli 2017. Pertumbuhan kinerja IHSG berada di posisi ke-6 di antara bursa saham global.

Kapitalisasi pasar saham BEI mencapai Rp 6.365 triliun sepanjang 2017. Nilai transaksi harian saham mencapai Rp 7,61 triliun. Total frekuensi perdagangan saham 318.636 kali. Volume perdagangan saham 13,41 miliar saham.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya