Arti Filosofi Ikon Baru BEI Banteng Wulung

Dalam sejarah kerajaan Pasundan, Banteng Wulung digambarkan sebagai satwa yang mampu berlari kencang dan sebagai simbol kesejahteraan.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Agu 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2017, 12:00 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkenalkan ikon barunya, Banteng Wulung. (Liputan6.com/Septian Deny)
Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkenalkan ikon barunya, Banteng Wulung. (Liputan6.com/Septian Deny)

Liputan6.com, Jakarta Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkenalkan ikon barunya, Banteng Wulung. Keberadaan ikon ini, diharapkan bisa mendorong perkembangan pasar modal di Indonesia.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan ada filosofi khusus dibalik pemilihan Banteng Wulung sebagai ikon baru BEI. Satwa banteng telah dipakai oleh banyak bursa efek di dunia lantaran mempunyai makna untuk terus tumbuh dan meningkat.

‎"Kenapa banteng? Di dunia, selalu berbicara banteng dan beruang, bull and bear. Banteng itu kalau tanduk selalu ke atas, makanya disebut bullish. Kalau beruang itu ngegaruk ke bawah dan beruang kalau tidur lama makanya disebut bearish. Jadi di seluruh dunia lambang dari bursa diharapkan bullish terus bull," ujar dia di Gedung BEI, Jakarta, Minggu (13/8/2017).

Banteng Wulung yang menjadi ikon BEI ini juga punya makna tersendiri. Dalam sejarah kerajaan Pasundan, Banteng Wulung digambarkan sebagai satwa yang mampu berlari kencang dan sebagai simbol kesejahteraan.

"Di Amerika ada namanya Charging Bull terbuat dari perunggu. Di China dari perunggu, ada yang dari batu, semuanya banteng. Nah Indonesia itu ada yang namanya Banteng Wulung, sejarah kerajaan Pasundan, bantengnya hitam gesit, larinya kenceng dan menjaga negara, memberikan kesejahteraan. Makanya kita sebut Banteng Wulung," jelas dia.

Berbeda dengan patung banteng di negara lain, Tito mengungkapkan, patung Banteng Wulung karya seniman I Made Budiarsa dibuat dari kayu. Namun tak main-main, kayu tersebut merupakan fosil berusia hingga 5 juta tahun.

"Terbuatnya, kalau negara lain terbuat dari perunggu atau dari batu dan semen, kita kayu yang umurnya sekitar 2,5 juta-5,6 juta tahun. Ditemukan di Banten 30 meter di bawah tanah. Kayu yang sudah memfosil. Kalau di Amerika yang buat itu pematung dari Italia, kita pematung Bali. Jadi benar-benar asli Indonesia, kayunya, pemahatnya, dan bantengnya," ungkap dia.

Selain menjadi ikon baru BEI, patung Banteng Wulung seberat 7 ton dengan harga ditaksi hampir Rp 1 miliar ini diharapkan juga bisa menjadi ikon wisata finansial di ibu kota. "Jadi ini kebudayaan dan ini menjadi ikon pariwisata DKI lainnya," tandas dia.

Tonton video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya