Cerita Menko Darmin Soal Masa Kecil, Bioskop dan Saham

Investasi saham sudah ada sejak lama dan masih berbentuk sederhana.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Agu 2017, 11:32 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2017, 11:32 WIB
20150910-Darmin Nasution
Menko Perekonomian Darmian Nasution saat mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap pertama di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/9/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berbagi cerita perihal bagaimana berinvestasi saham sudah ada sejak lama dan masih berbentuk sederhana, yaitu bisnis bioskop.

Ini ia sampaikan saat memberi sambutan pada acara peringatan 40 tahun diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia melalui kegiatan Stock Code Fun Walk di Gedung BEI, Jakarta, Minggu (13/8/2017).

Darmin menuturkan, saat masih menempuh pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) di kampung halamannya, dirinya kos di sebuah rumah milik pengusaha bioskop. Dia pun bisa menonton film gratis di bioskop tersebut setiap pekan.

"Saya teringat di kampung, sangat kampung jadi tidak ada di peta, Google pun tidak mampu mengenalinya. Waktu SMP ngekos di kota kecamatan. Tempat saya ngekos, itu punya pemegang saham bioskop di kota kecamatan. Karena tempat kos saya pemegang saham biskop, bisa nonton bioskop sekali seminggu gratis," Darmin mulai bercerita.

Namun, bukan nonton gratis yang  membuatnya kagum. Di daerah pelosok dan pada era 1950-an, ternyata sudah ada usaha yang didanai sekumpulan orang seperti menanam saham, yaitu usaha bioskop tersebut.

"Hebat sekali tahun 50-an di pedalaman Sumatera, di kecamatan, kok bisa ada proyek kecil kemudian dibiayai dengan saham dikumpulkan oleh banyak pihak. Saya tidak tahu mekanismenya seperti apa, apakah ada underwriter? Pasti tidak," kata dia.

Namun, pada zaman yang sudah maju seperti sekarang, lanjut Darmin, sudah banyak perusahaan yang dibangun dengan model kepemilikan saham. Hal ini diharapkan bisa terus berkembang sehingga berdampak positif bagi perekonomian.

"Sekarang tantangannya, bagaimana menciptakan produk baru, mengerahkan berbagai perusahaan mulai dari besar sampai menengah dan kecil," tandas dia.


Tonton video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya