Liputan6.com, Jakarta - Sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China akan terus menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (19/9/2018).Â
"Berkenaan dengan China yang akan menerapkan kebijakan serupa sanksi terhadap AS akan menyulitkan IHSG untuk berada di zona hijau," tutur Fund Manager PT Valbury Capital Management Suryo Narpati di Jakarta, Rabu pekan ini.Â
Suryo lebih lanjut menuturkan, Negeri Panda itu kini tengah meminta restu kepada World Trade Organization (WTO) untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama terhadap produk-produk Negeri Paman Sam itu.
Advertisement
Baca Juga
Tak hanya itu, depresiasi mata uang rupiah, menurut Suryo, masih berkontribusi pada merosotnya IHSG. "Nilai tukar rupiah masih pengaruhi gerak IHSG," ujar dia.
Sementara itu, Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menilai, investor global kini masih mengamati prospek tarif barang-barang impor China hingga pengaruhnya kepada produksi minyak dunia.
"Kalau dari dalam negeri sendiri katalis mengenai pertumbuhan penjualan mobil akan mempengaruhi pergerakan saham-saham," kata dia. Beralih ke saham, Suryo merekomendasikan saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Sedangkan Lanjar menyarankan, saham yang dapat dibeli investor antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Astra International Tbk (ASII), serta PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Â
Â
IHSG Melemah 12,46 Poin pada Perdagangan Kemarin
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahan pada perdagangan saham Selasa 18 Agustus 2018.Namun, tekanan IHSG terbatas.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa pekan ini, IHSG melemah 12,46 poin atau 0,21 persen ke posisi 5.811,79. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,18 persen ke posisi 912,28. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 213 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. 154 saham menguat dan 115 saham diam di tempat.
IHSG pun sempat berada di level tertinggi 5.884,95 dan terendah 5.781,28. Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 408.040 kali dengan volume perdagangan 9,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6,5 triliun. Investor asing jual saham Rp 132,34 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.876.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham tambang naik 0,69 persen, sektor aneka industri menguat 0,75 persen, dan sektor saham infrastruktur bertambah 1,55 persen.
Sektor saham konstruksi merosot 1,48 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham barang konsumsi tergelincir 1,22 persen dan sektor saham pertanian melemah 0,88 persen.
Saham-saham pendatang baru catatkan penguatan di tengah IHSG melemah. Saham DIGI naik 70 persen ke posisi Rp 340 per saham, saham PANI melonjak 69,44 persen ke posisi Rp 183 per saham. Saham lainnya yang menguat yaitu saham SRSN naik 34,92 persen ke posisi 85 per saham, saham ABBA melonjak 34,48 persen ke posisi 195 per saham dan saham MBTO mendaki 6,94 persen ke posisi 154 per saham.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham NUSA susut 25 persen ke posisi 189 per saham, saham COWL tergelincir 18,25 persen ke posisi 515 per saham, dan saham GOLD merosot 16,14 persen ke posisi 478 per saham.
Bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,56 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,26 persen, indeks saham Jepang Nikkei menanjak 1,41 persen, indeks saham Thailand menguat 1,56 persen, dan indeks saham Shanghai mendaki 1,82 persen. Sementara itu, indeks saham Singapura turun 0,07 persen dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,63 persen.
Analis PT Binaarta Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, secara eksternal, pengumuman tarif baru oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap impor dari China senilai USD 200 miliar memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan bursa dalam skala global. Ini sebab eskalasi perang dagang antara AS dengan China masih berlanjut. Ini sentimen pengaruhi IHSG.
"Di sisi lain, minimnya sentimen positif dari dalam negeri membuat penguatan IHSG relatif terbatas pada hari ini," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement