Tengok Dampak Kebijakan Pemangkasan Bunga Acuan BI ke Bursa Saham

Penurunan saham hingga 15 persen harus dijadikan sebagai kesempatan membeli.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Nov 2020, 20:05 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2020, 20:05 WIB
Pengusaha Minta BI Rate Turun Jadi 6,75%
Mda ruang bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuannya.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) telah memangkas BI 7-day Repo Rate atau suku bunga acuan hingga level 3,75 persen. Pemangkasan bunga acuan ini menjadi salah satu cara mendorong pertumbuhan ekonomi yang telah mengalami tekanan akibat Pandemi Corona Covid-19. Namun sayangnya, pemangkasan suku bunga acuan ini berdampak pada diskon harga saham.

Direktur Sales dan Produk PT Mandiri Manajemen Investasi Endang Astharanti mengatakan, penurunan bunga acuan dilakukan Bank Indonesia dalam rangka memberikan stimulus sektor moneter.

"Pemerintah baik itu global atau nasional melakukan upaya akselerasi perekonomian, salah satunya memberikan stimulus moneter," kata kata Asti sapaannya dalam diskusi Woman Virtual Live Event bertajuk: Save, Spend or Invest?, di Jakarta, Rabu (25/11/2020).

Asti menjelaskan penurunan suku bunga acuan ini bertujuan untuk mendorong para pengusaha mengambil kredit sebagai modal usaha sehingga bisnis bisa berjalan kembali. Dengan begitu, roda perekonomian kembali bergerak.

Namun penurunan suku bunga acuan ini sangat berdampak pada instrumen investasi berupa deposito. Imbal hasil investasi ini ikut mengalami penurunan. "Karena penurunan suku bunga ini untuk instrumen deposito ini return-nya mengalami penurunan ," kata Asti.

Begitu juga dengan saham yang terjun sampai 15 persen. Sebab instrumen investasi saham mengikuti ekspetasi pertumbuhan ekonomi atau gerak emiten yang ada di bursa saham.

Dari kaca mata invetasi, menurut Asti dalam kondisi ini sebaiknya harus dimanfaatkan. Penurunan saham hingga 15 persen harus dijadikan sebagai kesempatan membeli.

"Sekarang kita beli di harga murah ini beli harga diskon 15 persen. Walaupun saham sedang mengalami penurunan tapi kita punya kesempatan beli di harga murah," kata dia.

Harapannya, lanjut Asti, perekonomian nasional tahun depan akan membaik dengan kehadiran vaksin. Sehingga harga saham kembali naik.

"Harapannya 2021 dengan ditemukannya vaksin ini perekonomian mulai pick up lagi, harga saham naik," kata dia mengakhiri.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Mandiri Manajemen Investasi Proyeksikan IHSG berada di Level 6.300 pada 2021

IHSG
Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Mandiri Manajemen Investasi beberapa kali mengubah proyeksi atau outlook bursa saham atau indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk tahun 2020. Hal ini karena adanya pandemi Corona Covid-19 yang sampai saat ini belum berakhir. 

Direktur Sales dan Produk PT Mandiri Manajemen Investasi Endang Astharanti mengatakan, pada pertengahan 2020, Mandiri Manajemen Investasi memproyeksikan IHSG akan berada di kisaran 5.300-5.400.

"Pertengahan tahun itu kita punya IHSG di level 5.300-5.400. jadi level saat ini beyond our ekspetasion sebenarnya," kata Asti sapaannya dalam diskusi Woman Virtual Live Event bertajuk: Save, Spend or Invest?, di Jakarta, Rabu (25/11/2020).

Saat ini proyeksi tersebut pun telah tercapai. Namun kata Asti mengingat sudah mendekati tutup tahun, sehingga yang terpenting saat ini untuk reksa dana harus melihat jangka panjang.

"Kalau bicara reksa dana saham ini harus lebih panjang lagi daripada hanya periode 1 atau 2 bulan," kata dia.

Maka, pihaknya berekspektasi di 2021 mendatang IHSG akan berada di level 6.200-6.300. Sehingga potensi reksa dana saham tahun depan dinilai tumbuh lebih baik.

"Jadi di 2021 kita ekpetasi IHSG di level 6.200 atau 6.300. Kalau kita lihat potensi reksa dana saham itu masih lebih baik," kata dia mengakhiri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya