Wall Street Melonjak Imbas Harapan Tambahan Stimulus Fiskal di AS

Penguatan wall street didorong indeks saham Dow Jones yang menguat ke level tertinggi seiring investor optimistis dengan prospek stimulus fiskal tambahan.

oleh Agustina Melani diperbarui 07 Jan 2021, 06:12 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2021, 06:11 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Rabu waktu setempat. Penguatan wall street didorong indeks saham Dow Jones yang menguat ke level tertinggi seiring investor optimistis dengan prospek stimulus fiskal tambahan. Hal ini didukung dari hasil pemilihan putaran kedua di Georgia, AS.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 6 Januari 2021, indeks saham Dow Jones naik 437,80 poin atau 1,4 persen ke posisi 30.829,40.

Indeks saham Dow Jones sempat naik lebih dari 600 poin pada awal sesi perdagangan dan mencapai level tertinggi sepanjang masa intraday. Indeks saham S&P 500 menguat 0,6 persen menjadi 3.748,14, dan mencapai rekor intraday. Indeks saham Nasdaq ditutup melemah 0,6 persen.

Di sisi lain, indeks saham CBOE yang mengukur kekhawatiran investor bergerak naik.  Hal itu dipicu pengunjuk rasa menyerbu Capitol setelah anggota parlemen bertemu untuk menghitung suara electoral college dan menyatakan Joe Biden sebagai pemenang pemilihan presiden.

Namun, indeks saham Dow Jones dan S&P 500 ditutup menguat. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai 1 persen untuk pertama kalinya sejak Maret.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pasar Saham AS Dipengaruhi Sentimen Georgia

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Adapun pemilihan Georgia mempengaruhi pasar saham. Partai Demokrat Raphael Warnock diproyeksikan untuk memenangkan pemilihan khusus senat AS Georgia melawan petahana dari Partai Republik Kelly Loeffler. Dalam pemilihan senat lainnya, Senator Demokrat Jon Ossoff juga diproyeksikan mengalahkan senator Republik David Perdue.

Jika kedua Demokrat menang itu akan membuat keseimbangan di majelis tinggi dengan Wakil Presiden terpilih AS Kamala Harris sebagai pemecah suara untuk memberi kendali partai atas senat. Beberapa investor berspekulasi dengan hasil pemilihan karena dapat memfasilitasi bantuan penanganan COVID-19 dan meningkatkan harapan untuk pemulihan ekonomi negara.

"Saya yakin ada harapan, bahwa akan ada lebih banyak pengeluaran. Jika Demokrat meraih dua kursi, tidak ada keraguan dalam pikiran saya akhir tahun ini diperlukan lebih banyak pengeluaran,” ujar Chairman Srategas Jason Trennert, seperti dilansir dari CNBC, Kamis (7/1/2021).

Sementara itu, Kepala Riset Fundstrat Global Advisors Tom Lee menuturkan, hasil pemilihan Georgia memberikan kejelasan pada prospek pasar. Ini berdampak positif.

"Saya tidak tahun masa depan, tetapi bagi saya ketidakpastian pemilihan bisa dibilang lebih besar dari hasil sebenarnya,” ujar Lee.

Saham Sektor Keuangan Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Goldman Sachs mengharapkan paket stimulus besar lainnya mencapai USD 600 miliar dalam waktu dekat jika Demokrat menang dan mengambil alih senat.

Saham JPMorgan Chase dan Bank of America masing-masing naik 4,7 persen dan 6,3 persen di tengah imbal hasil 10 tahun yang melampaui satu persen.

Di sisi lain, sektor saham teknologi cenderung tertekan seiring kekhawatiran tarif pajak lebih tinggi. Prospek stimulus baru juga membuat saham teknologi kurang menarik. Saham Facebook dan Amazon turun lebih dari dua persen. Sedangkan Netflix melemah 3,9 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya