Liputan6.com, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan tetap mencari pasar baru untuk ekspor batu bara pada 2021. Meski demikian, perseroan juga tetap optimalkan untuk penjualan batu bara ke pasar utama.
Investor Relations PT Bukit Asam Tbk Finoriska Citraning menuturkan, selama ini wilayah tujuan ekspor antara lain India, Hong Kong, dan Taiwan serta negara lainnya.
Ia mengaku, ada penurunan permintaan dari China tidak terlalu berdampak terhadap perseroan seiring pasar utama dari tiga negara tersebut. Pada 2021, perseroan tetap optimalkan ekspor ke India, Hong Kong dan Taiwan.
Advertisement
Baca Juga
Finoriska mengatakan, perseroan tetap mencari peluang pasar baru pada 2021. Pasar baru yang dibidik di Asia Tenggara.
"Untuk mencari market baru tetap dilakukan, konsen di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan negara lainnya,” kata dia dalam diskusi virtual, ditulis Rabu (17/2/2021).
Selain itu, penjualan batu bara meningkat pada kuartal IV 2020 seiring ketegangan China dengan Australia. Akan tetapi, dari sisi produksi ada penurunan dibandingkan kuartal III 2020.
“Penurunan relatif terkendali karena efek cuaca. Curah hujan tinggi di Sumatera. Produksi ada penurunan, tetapi penjualan cukup besar di kuartal IV,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Alokasi Belanja Modal 2021 Bakal Lebih Tinggi
Ia menambahkan, alokasi belanja modal pada 2021 juga masih akan sesuai target perseroan. Diperkirakan belanja modal akan lebih tinggi pada 2021. Hal ini mengingat sejumlah proyek yang sedang dikerjakan seperti di proyek tambang di Sumatera Selatan.
Proyek ini pengembangannya sudah mencapai 66,8 persen hingga Desember 2020 dan diperkirakan beroperasi kuartal I 2022. Selain itu, perseroan telah teken head of agreement (HoA) dengan Activated Carbon Technologies Pty Ltd, perusahaan asal Australia yang akan berperan sebagai pembeli. Proyek tersebut akan hasilkan produk 12.000 ton.
"Kemungkinan lebih tinggi (belanja modal-red),” ujar dia.
Pada 2020, perseroan menganggarkan belanja modal Rp 2,7 triliun untuk investasi rutin dan pengembangan. “Lebih besar di investasi rutin, (penyerapan belanja modal-red) sekitar Rp 700 miliar,” kata dia.
Perseroan mencatatkan laba periode berjalan turun 44,25 persen menjadi Rp 1,74 triliun hingga September 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,12 triliun. Pendapatan perseroan tercatat Rp 12,84 triliun hingga September 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 16,25 triliun.
Advertisement