Liputan6.com, Jakarta - Setelah naik 9 persen pada perdagangan Selasa, 23 Februari 2021, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) masih berada di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham, Rabu (24/2/2021).
Mengutip data RTI, Rabu pukul 11.06 WIB, saham TLKM naik tipis 0,58 persen ke posisi Rp 3.490 per saham. Total frekuensi perdagangan 27.767 kali. Nilai transaksi harian saham Rp 583,9 miliar. Investor asing pun masih melakukan aksi beli saham Telkom. Tercatat aksi beli investor asing mencapai Rp 143,6 miliar.
Baca Juga
Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah terbatas 0,12 persen ke posisi 6.263. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,24 persen ke posisi 956. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan. Sebanyak 243 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sementara itu, 191 saham menguat dan 190 saham diam di tempat.
Advertisement
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.294,14 dan terendah 6.260,89. Nilai transaksi harian saham Rp 9,3 triliun. Investor asing beli saham sebanyak Rp 104,42 miliar di seluruh pasar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Jurus Telkom Dongkrak Pendapatan
Sebelumnya, saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom mampu menguat signifikan pada perdagangan saham Selasa, 23 Februari 2021. Bahkan investor asing juga borong saham Telkom pada awal pekan ini.
Mengutip data RTI, saham TLKM naik 9,46 persen ke posisi Rp 3.470 per saham. Saham TLKM sempat berada di level tertinggi 3.480 dan terendah 3.200 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 57.553 kali dengan nilai transaksi Rp 1,3 triliun. Investor asing borong saham Telkom sebanyak Rp 580,9 miliar.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, harga saham TLKM melonjak didorong pengembangan jaringan 5G, ekspansi bisnis dengan investasi di Gojek, dan rencana penawaran saham perdana anak usaha Mitratel atau PT Dayamitra Telekomunikasi. "Good for company,” kata dia.
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melalui MDI ventures menyatakan sudah investasi di 50 perusahaan rintisan. Dengan investasi di perusahaan rintisan tersebut diharapkan dapat menjadi pendorong pendapatan Telkom.
Direktur Strategic Portfolio PT Telkom Indonesia Tbk, Budi Setyawan Wijaya menuturkan, di tengah pandemi COVID-19, banyak kebutuhan masyarakat yang dapat dilayani oleh perusahaan rintisan atau start-up. Untuk menangkap potensi perusahaan rintisan tersebut, Telkom telah mendirikan MDI Ventures untuk investasi di perusahaan rintisan digital.
“Kami mendirikan vehicle MDI. Saat ini berfungsi sebagai corporate venture capital kita. Di mana dana kelolaan investasinya size lumayan besar. Sudah invest di 50 perusahaan berpotensi ke depannya bisa menopang revenue driver Telkom,” ujar dia dalam acara capital market outlook 2021, ditulis Rabu (24/2/2021).
Budi menuturkan, pihaknya akan mempertimbangkan aspek sinergi untuk menyuntikkan modal di perusahaan rintisan. Selain itu,Telkom juga akan memperkuat posisinya di ekosistem digital lewat perusahan rintisan tersebut.
“Kami adalah corporate venture capital. Dinilai pertama aspek sinergi, sinergi produk dengan lini bisnis grup kita akan matching pertama kali. Start up perkuat posisi kita di ekosistem digital. Dua hal jadi prasyarat dan strategi mencari aset yang akan kita masuki. Tidak semata-mata gain, capital gain,” ujar dia.
Budi menambahkan, pada 2021, pihaknya masih fokus ke domestik. Pihaknya melihat pasar di domestik sangat besar untuk digital. “Market di domestik sangat besar untuk digital, ekosistem berkembang sangat bagus di fintech, kesehatan korelasi dengan pandemi COVID-19, logistik, area fokus 2021,” tutur dia.
Budi mengatakan, Telkom yang bergerak di sektor telekomunikasi tidak terlalu berdampak signifikan seiring ada pandemi COVID-19. Ini juga sejalan dengan sektor farmasi dan kesehatan. Pihaknya pun menargetkan dapat tumbuh positif pada 2021.
“Kami masih menargetkan pertumbuhan positif dari sisi revenue dan income. Yang jelas pasti berusaha ekspekstasi investor,” kata dia.
Hingga kuartal III 2020, Telkom mencatat pendapatan konsolidasi Rp 99,94 triliun dan laba bersih mencapai Rp 16,68 triliun.
Advertisement