Mengintip Prospek IPO Perusahaan Rintisan

Sejumlah startup dikabarkan berencana menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Mar 2021, 15:40 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2021, 15:40 WIB
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Liputan6.com, Jakarta - Sejalan dengan perubahan perilaku masyarakat di era digital ini, melahirkan banyak perusahaan rintisan (startup). Mengadopsi teknologi mutakhir, layanan yang ditawarkan startup diterima cukup baik utamanya bagi generasi muda.

Sejumlah startup dikabarkan berencana menggelar penawaran saham perdana atau  initial public offering (IPO). Analis menilai, IPO startup ini cukup menarik dan bakal berdampak positif untuk pasar saham Indonesia.

"Selain dari prospek dan tren pasar global yang semakin banyak mempertimbangkan faktor teknologi dalam bisnis, pastinya investor juga akan semakin tertarik dan menjadikan pertimbangan dalam melakukan diversifikasi terhadap portofolio investasinya,” kata Direktur & Chief Investment Officer Jagartha Advisors, Erik Argasetya kepada Liputan6.com, Rabu (17/3/2021).

Sebagai gambaran, di Amerika Serikat (AS), sektor teknologi telah berkontribusi terhadap lebih dari 25 persen bobot di indeks S&P 500, yang merupakan indeks acuan pasar AS. Bahkan bobot di indeks NASDAQ mencapai hampir 50 persen. 

Namun, di Indonesia sendiri BEI baru saja menambahkan klasifikasi sektor teknologi pada akhir Januari 2021 (IDXTECHNO). 

"Tentunya ini akan menjadi potensi dan semakin menambah minat baik para investor dan pelaku industri startup teknologi ke depannya. Setidaknya Indonesia sudah mempunyai lima Unicorn dan satu Decacorn yang sudah patut diperhitungkan untuk melantai di bursa,” kata dia.

Bursa sendiri  terus mendorong perusahaan rintisan teknologi (startup) yang memiliki valuasi di atas USD 1 miliar atau unicorn untuk IPO.

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengaku pihaknya sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan startup level unicorn. "Kami membicarakan tentang apa yang bisa kami dukung agar mereka dapat mencatatkan saham di BEI,” kata Inarno.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Manfaat Jika Startup IPO

Ilustrasi berpikir | Startup Stock Photos dari Pexels
Ilustrasi berpikir | Startup Stock Photos dari Pexels

Sebelumnya, baru-baru ini mencuat rencana Gojek dan Tokopedia yang akan melakukan merger. Usai merger, kedua startup ini kabarnya berencana untuk go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menuturkan, jika Gojek-Tokopedia akan menawarkan saham perdana dapat menarik investor untuk berinvestasi saham. Hans menilai, pengguna Tokopedia dan Gojek dapat membuka rekening efek, sehingga dapat meningkatkan jumlah investor di pasar saham Indonesia.

Sedangkan dari sisi perusahaan, Hans  menilai, dua unicorn tersebut dapat pendanaan dari pasar modal. Apalagi jika pencatatan saham perdana dilakukan dual listing.

"Dengan dual listing fundraising bisa lebih besar. Apalagi tipe investor di Amerika Serikat sudah tahu perusahaan startup dan teknologi,” kata Hans.

Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menuturkan, jika benar merger Tokopedia dan Gojek terealisasi akan positif untuk dua perusahaan. Hal ini mengingat Gojek dan Tokopedia akan saling mengisi. “Menciptakan entitas lebih kuat dan prestisius. Kombinasi unicorn dan decacorn,” ujar dia.

Ia menambahkan, jika merger Tokopedia dan Gojek terlaksana dapat membentuk entitas gabungan yang dapat menarik investor seiring berpotensi menciptakan kapitalisasi pasar saham yang besar.

Hal tersebut juga dapat menarik dana investor asing meski ada potensi pencatatan saham di dua bursa efek baik di Amerika Serikat (AS) dan Indonesia.”Bisa naikkan potensi capital inflow di pasar modal. Semestinya potensi dual listing, berpotensi lebih banyak tarik modal dari Asia,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya