Produksi Pesawat 737 MAX Bakal Meningkat, Saham Boeing Terbang

Saham Boeing menguat pada perdagangan Jumat, 21 Mei 2021 sehingga dongkrak indeks saham Dow Jones.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Mei 2021, 20:06 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2021, 20:06 WIB
Ilustrasi pesawat Boeing 737 MAX (AFP Photo)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 MAX (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Saham Boeing Co melonjak pada perdagangan saham Jumat, 21 Mei 2021 didorong laporan perseroan sedang mempersiapkan untuk dongkrak produksi pesawat 737 MAX.

Saham Boeing naik 3,1 persen pada awal perdagangan ke posisi USD 234,70 per saham. Hingga year to date, saham Boeing naik sekitar 9 persen.

Dilansir dari the street.com, Sabtu (22/5/2021), berdasarkan laporan Reuters, Boeing dapat meningkatkan produksi maksimum menjadi 42 jet per bulan pada musim gugur tahun depan. Angka ini jauh di atas target Boeing yaitu meningkat bertahap menjadi 31 pesawat per bulan pada musim semi tahun depan.

Boeing telah memperingatkan awal tahun ini kalau tidak harapkan lalu lintas penumpang maskapai penerbangan global kembali pada 2019, setidak dalam dua tahun ini. Perseroan menyatakan maskapai terus menyesuaikan operasi dan perencanaan armada berdasarkan proyeksi tersebut.

Hal itu disampaikan head of the International Air Transport Association lobby group Willie Walsh kepada wartawan di Dublin pada awal pekan ini.

"Pengurangan staf dan kelangkaan pasokan pesawat baru berarti kemampuan industri untuk pulih ke level 2019, dengan kapasitas itu tidak mungkin, pengembalian untuk kondisi semula mungkin memakan waktu beberapa tahun," kata dia.

Boeing membukukan rugi kuartalan keenam berturut-turut pada bulan lalu. Perseroan mengatakan pandemi COVID-19 terus menjadi tantangan pasar pesawat global dan jeda mengirimkan pesawat 737 MAX karena kesalahan listrik.

Namun, Boeing telah mengamankan pesanan baru untuk bulan kedua berturut-turut pada Maret 2021 karena klien bersiap untuk peningkatan lalu lintas penumpang global.

Boeing menyatakan, pesanan baru berjumlah 40 pesawat baru untuk Maret sehingga mendorong perhitungan secara kuartal I 2021 menjadi 69 pesawat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Wall Street Beragam Gara-Gara Bitcoin hingga Data Ekonomi AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada penutupan perdagangan saham Jumat, 21 Mei 2021. Indeks saham S&P 500 menghapus keuntungan setelah ditutup mendatar karena saham teknologi kembali tertekan.Tekanan juga dialami bitcoin menjelang akhir pekan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham S&P 500 melemah kurang dari 0,1 persen ke posisi 4.155,86 setelah naik 0,7 persen pada awal sesi perdagangan.

Indeks saham Dow Jones menguat 123,69 poin atau 0,4 persen ke posisi 34.207,84. Indeks saham Dow Jones melambung didorong saham Boeing. Indeks saham Nasdaq merosot 0,5 persen menjadi 13.470,99.

Selama sepekan, indeks saham S&P 500 susut 0,4 persen. Indeks saham Dow Jones tergelincir 0,5 persen. Indeks saham Nasdaq naik 0,3 persen.

Bitcoin kembali melemah setelah awal pekan ini turun 30 persen. Tekanan terhadap bitcoin terjadi setelah Wakil Perdana Menteri China Liu He memperingatkan tentang penambangan bitcoin dan perilaku perdagangan.

Ia menuturkan, regulasi ketat diperlukan untuk melindungi sistem keuangan. Harga terakhir diperdagangkan 10 persen lebih rendah menjadi sekitar USD 36.200.

Saham terkait kripto termasuk Coinbase dan Microstrategy menjadi merah. Saham Coinbase dan Microstrategy masing-masing turun 3,9 persen dan 4,7 persen. Saham Tesla tergelincir 1 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya