IHSG Menguat, Investor Asing Buru Saham BBRI hingga BBCA

Pada pra pembukaan perdagangan, Jumat (2/7/2021), laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,24 persen ke posisi 6.020.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Jul 2021, 09:31 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2021, 09:30 WIB
Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan saham Jumat (2/7/2021). Investor asing melakukan aksi jual saham di tengah penguatan IHSG.

Pada pra pembukaan perdagangan, IHSG naik 0,24 persen ke posisi 6.020. Pada pukul 09.00 WIB, IHSG menguat ke posisi 6.031. Indeks saham LQ45 naik 0,20 persen ke posisi 849,08. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Pada awal sesi perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi 6.036,47 dan terendah 6.014,97. Sebanyak 210 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 168 saham melemah dan 160 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 133.237 kali dengan volume perdagangan 2,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 1,2 triliun. Investor asing jual saham Rp 169,64 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 14.482.

Sebagian besar sektor saham menguat. Sektor saham IDXCylical naik 1,02 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Diikuti IDXEnergy menguat 0,87 persen dan IDXTechno menanjak 0,58 persen. Sektor saham IDXNoncylical turun 0,33 persen, IDXHealth merosot 0,12 persen dan IDXInfrastruktur tergelincir 0,19 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Top Gainers dan Losers

IHSG Dibuka di Dua Arah
Layar grafik pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

-Saham BIKA naik 25 persen

-Saham MASA naik 25 persen

-Saham FMII naik 24,80 persen

-Saham PGUN naik 20,62 persen

-Saham MITI naik 19,61 persen

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham SOFA turun 10 persen

-Saham LPGI turun 6,97 persen

-Saham RONY turun 6,96 persen

-Saham POLA turun 6,91 persen

-Saham MASB turun 6,91 persen


Aksi Investor Asing

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:

-Saham BBRI senilai Rp 47,3 miliar

-Saham GGRM senilai Rp 4 miliar

-Saham MSIN senilai Rp 2,8 miliar

-Saham BBCA senilai Rp 1,9 miliar

-Saham PWON senilai Rp 1,7 miliar

Saham-saham yang dijual investor asing antara lain:

-Saham TLKM senilai Rp 26,8 miliar

-Saham UNVR senilai Rp 8,4 miliar

-Saham LPPF senilai Rp 4,6 miliar

-Saham ICBP senilai Rp 2,3 miliar

-Saham FREN senilai Rp 2 miliar


Bursa Saham Asia

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Pekerja melintas di layar IHSG di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa saham Asia sebagian besar menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,44 persen dan indeks saham Shanghai tergelincir 1,3 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,08 persen, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,30 persen, indesk saham Singapura menguat 0,43 persen dan indeks saham Taiwan naik 0,12 persen.

Mengutip laporan Ashmore Asset Management Indonesia, IHSG naik didorong kapitalisasi pasar saham kecil. Di sisi lain, rencana Indonesia mengenakan pajak keluaran karbon berisiko untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan menghadapi perlawanan dari beberapa industri terbesar di Indonesia.

Tarif yang diusulkan sebesar Rp 75 ribu (USD 5,2) per ton akan hasilkan tambahan pendapatan negara sebesar Rp 32 triliun dan mengurangi emisi hampir 17 persen pada akhir dekade ini, berdasarkan rancangan undang-undangan (RUU).

Hal ini menyoroti masalah yang dihadapi negara berkembang tergantung pada bahan bakar fosil seiring tekanan yang mengekang emisi atau berisiko kehilangan akses pendanaan investor asing. Selain itu, rantai pasokan yang beralih dari bahan bakar fosil tetapi lebih murah.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya