ASSA Realisasikan Belanja Modal Rp 400 Miliar pada Semester I 2021

PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) menyiapkan belanja modal sekitar Rp 1,3 triliun hingga Rp 1,5 triliun pada 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Jul 2021, 18:44 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2021, 18:44 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di ruang penyimpanan uang "cash center" BNI, Jakarta, Kamis (6/7). Tren negatif mata uang Garuda berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mulai bangkit ke zona hijau (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 400 miliar hingga semester I 2021. Belanja modal ini mayoritas digunakan untuk pembelian kendaraan.

"Penggunaan sampai dengan semester I itu Rp 400 miliar lebih. Rp 300 miliar untuk pembelian kendaraan, dan Rp 100 miliar untuk pembelian tanah untuk kegiatan Balai Lelang JBA,"  ujar Direktur PT Adi Sarana Armada Tbk, Hindra Tanujaya dalam paparan publik usai RUPS & RUPSLB, Jumat (30/7/2021).

Perseroan menyiapkan belanja modal sekitar Rp 1,3 triliun hingga Rp 1,5 triliun dengan alokasi utama untuk pembelian kendaraan baru pada 2021.

Baru-baru ini, Perseroan telah menyelesaikan penghimpunan dana melalui Penambahan Modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue. HMETD yang ditawarkan Adi Sarana Armada cukup unik karena mengandung obligasi konversi sebanyak 600 juta unit dengan jumlah pokok Rp 720 miliar.

"Convertible bonds sudah selesai pada tanggal 27 Juli 2021. Dana yang berhasil dikumpulkan adalah sebesar Rp 720 miliar. Di mana sebagian besar itu dipegang oleh International Finance Corporation (IFC)," ujar Hindra.

Sebagian besar dana atau Rp 639,3 miliar akan digunakan untuk melunasi dan membayar sebagian pinjaman bank yang diambil pada 2019 terkait Last-Mile Delivery Anteraja serta akuisisi lelang otomotif PT JBA.

Sekitar Rp 18,52 miliar akan digunakan untuk pengembangan usaha jasa pergudangan Titipaja (e-fulfilment), serta sisanya untuk modal kerja Perseroan. Titipaja merupakan inisiatif terbaru Adi Sarana Armada di bidang logistik berupa sharing warehouse untuk membantu seller dalam melakukan penitipan dan pengiriman barang kepada pelanggan.

Nantinya, obligasi konversi dari proses HMETD dapat diperdagangkan dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2 tahun setelah tanggal emisi dan bersifat zero-coupon.

"Penggunaan dananya itu sebagian besar untuk pengembangan bisnis baru.Walaupun penggunaannya sebagian besar untuk pembayaran pinjaman bank, tapi pinjaman bank itu juga untuk pengembangan bisnis AnterAja dan bisnis lain yang terkait Anteraja,” pungkas Hindra.

Gerak Saham ASSA

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham PT Adi Sarana Armada Tbk ditutup melemah 0,83 persen ke posisi Rp 2.400 per saham pada penutupan perdagangan Jumat, 30 Juli 2021. Saham ASSA dibuka melemah 10 poin ke posisi Rp 2.410 per saham.

Saham ASSA berada di level tertinggi Rp 2.450 dan terendah Rp 2.350 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.666 kali dengan volume perdagangan 89.104. Nilai transaksi harian saham Rp 21,4 miliar.

Absen Bagi Dividen

RUPST dan RUPSLB PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) (Foto: Liputan6.com/Pipit Ika R)
RUPST dan RUPSLB PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) (Foto: Liputan6.com/Pipit Ika R)

Sebelumnya, PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) juga memutuskan tidak membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2020. Hal itu telah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ASSA.

Direktur PT Adi Sarana Armada Tbk, Hindra Tanujaya menuturkan, pihaknya memutuskan tidak membagikan dividen karena masih berkonsentrasi untuk mengembangkan bisnis baru terutama Anteraja dan yang berkaitan dengan Anteraja.

Agenda lain RUPS yang mendapatkan persetujuan pemegang saham mengenai penjaminan sebagian besar aset untuk pinjaman kepada bank atau lembaga keuangan lainnya sebesar Rp 1,2 triliun. “Dalam rapat umum pemegang saham kita meminta persetujuan untuk menjaminkan sebagian besar aset sebesar Rp 1,2 triliun,” kata Hindra.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya