Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Rabu, 11 Agustus 2021. Indeks Dow Jones dan S&P 500 menguat setelah inflasi naik. Akan tetapi, kenaikan inflasi tidak seperti yang dikhawatirkan investor ketika menghaputs harga makanan dan energi.
Pada penutupan perdagangan, indeks Dow Jones naik 220,30 poin atau 0,6 persen ke posisi 35.484,97, dan merupakan level rekor terbaru. Indeks Dow Jones menguat didorong saham Caterpillar dan Home Depot.
Baca Juga
Indeks S&P 500 menguat 0,2 persen menjadi 4.447,70, dan termasuk posisi rekor. Sedangkan indeks Nasdaq susut 0,1 persen ke posisi 14.765,15.
Advertisement
Indeks harga konsumen (CPI) Juli rilis pada Rabu, 11 Agustus 2021 yang menunjukkan harga naik 5,4 persen sejak tahun lalu. Dibandingkan prediksi ekonom yang mencapai 5,3 persen. Pemerintah AS menyatakan, indeks harga konsumen menguat 0,5 persen pada Juli on month-to-month.
Akan tetapi, investor konsentrasi pada inflasi inti yang memberikan sinyal inflasi akan tetap terkendali dan ekonomi akan tetap kuat. CPI tidak termasuk harga energi dan makanan naik 0,3 persen pada bulan lalu di bawah perkiraan kenaikan 0,4 persen. Harga inti melompat 4,3 persen year over year.
“Sangat menggembirakan melihat langkah moderat dari month over month mendukung gagasan bahwa kenaikan harga baru-baru ini bersifat sementara dan terkait dengan pembukaan kembali,” ujar Direktur Pelaksana E*Trade Financial, Mike Loewengart, dilansir dari CNBC, Kamis (12/8/2021).
Ia menuturkan, inflasi terus memanas, dan kemungkinan investor sudah memperhitungkannya. Harga mobil bekas yang telah diamati investor sebagai salah satu tanda inflasi yang tidak terkendali, naik hanya 0,2 persen pada Juli 2021 setelah melonjak lebih dari 10 persen pada bulan sebelumnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Imbal Hasil Obligasi AS Turun
Chief Strategist Princial Global Investors, Seema Shah menuturkan, data akan membantu meredakan kekhawatiran investor kalau the Federal Reserve terlalu santai tentang tekanan inflasi.
“Rincian rilis data menunjukkan beberapa pelonggaran dalam pembukaan kembali dan dorongan yang didorong oleh kekurangan pasokan untuk harga, dan secara tentatif menunjukkan inflasi mungkin telah mencapai puncaknya,” kata dia.
Selain itu, pembacaan inflasi juga mendukung keyakinan the Federal Reserve kalau tekanan harga tinggi bersifat sementara. Hal ini karena ekonomi pulih dari resesi yang dipicu pandemi COVID-19.
Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun turun di tengah laporan inflasi dan lelang yang kuat. Penurunan imbal hasil terjadi setelah Presiden the Fed Dallas Robert Kaplan mengatakan, the Fed harus mulai mengurangi pembelian obligasi pada Oktober.
Advertisement
Bakal Terjadi Peningkatan Volatilitas Pasar
Harga minyak turun dan kemudian pulih setelah Gedung Putih meminta OPEC dan sekutunya untuk meningkatkan produksi minyak. Hal ini untuk mendukung pemulihan global dari pandemi COVID-19.
Sebelumnya pada perdagangan Selasa, indeks Dow Jones dan S&P 500 mencapai rekor setelah Senat meloloskan RUU infrastruktur USD 1 triliun. Indeks acuan sentuh rekor itu meski jumlah kasus COVID-19 meningkat di Amerika Serikat dan dunia.
“Distribusi vaksin yang luas dan langkah menjaga jarak telah membantu membatasi dampak varian, tetapi kami masih dapat melihat beberapa hambatan pada pertumbuhan ekonomi karena beberapa pembatasan kembali diperkenalkan dan konsumen berpotensi menjadi lebih hati-hati,” ujar Asset Allocation Strategist LPL Financal Barry Gilbert.
Ia mengatakan, peningkatan volatilitas pasar akan terjadi karena varian delta. “Kami yakin S&P 500 masih cenderung melihat lebih banyak keuntungan hingga akhir tahun,” ujar dia.