Beragam Pilihan Efek, BEI Sebut Investor Ritel Harus Belajar Kenali Saham

Komisaris BEI Pandu Sjahrir menuturkan, investor ritel berkembang pesat dan sangat menarik. Hal ini seiring jumlah investor di pasar modal mencapai 5,8 juta hingga Juli 2021.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Agu 2021, 07:57 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2021, 11:16 WIB
Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir
Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong investor ritel semakin belajar mendalami saham saat investasi di pasar modal. Hal ini seiring makin bertambahnya pilihan saham di BEI.

Komisaris BEI Pandu Sjahrir menuturkan, investor ritel berkembang pesat dan sangat menarik. Hal ini seiring jumlah investor di pasar modal mencapai 5,8 juta hingga Juli 2021.

Di tengah perkembangan jumlah investor tersebut, pasar modal Indonesia akan kedatangan calon-calon emiten. Pandu menuturkan, sejumlah perusahaan akan masuk pasar modal antara lain perusahaan teknologi, BUMN dan berbasis renewable energy.

"Ada perusahaan teknologi, BUMN, ada juga berbasis renewable energy. Lumayan banyak prioritas, itu makin bagus untuk market, makin banyak pilihan," kata dia dalam diskusi virtual, yang dikutip Sabtu (21/8/2021).

Dengan bertambahnya perusahaan masuk ke pasar saham Indonesia akan banyak pilihan untuk investor termasuk investor ritel.

Oleh karena itu, Pandu menilai, investor ritel mesti belajar memilih dengan mendalami saham."(investor-red) ritel harus belajar memilih, sama kayak membeli mie instan pilih 1-2 di antara banyak pilihan di market. Saya yakin tidak terlalu beda-beda. Anda pilih 1-2," ujar dia.

Pandu juga berharap makin banyak masyarakat Indonesia yang menjadi investor di pasar modal. Oleh karena itu, pihaknya juga mendorong perusahaan teknologi dapat mencatatkan saham di pasar modal Indonesia sehingga menarik investor.

"Banyak perusahaan teknologi masuk, banyak juga masyarakat masuk ke pasar modal Indonesia. Tech company, orang banyak tertarik. Kita ingin issue besar dan kecil sehingga menambah depth (pasar-red)," ujar dia.

Pandu mengatakan, pihaknya juga akan meningkatkan edukasi pasar modal melalui beragam media termasuk pelatihan dan edukasi kepada masyarakat.

Selain itu, juga pihaknya juga mendorong perkembangan komunitas pasar modal sehingga dapat memicu masyarakat untuk belajar saham dengan teknik fundamental dan teknikal. Dengan demikian diharapkan masyarakat mengetahui produk saham yang dibeli dan diinvestasikan.

Pandu menambahkan, pihaknya juga akan genjot produk bertema syariah, environment, social and good governance (ESG) makin besar di BEI. Dengan demikian diharapkan BEI juga menjadi pilihan pertama pelaku pasar dan berlanjut ke depan.

"Kita ingin bursa makin inklusif, mejadi pilihan pertama atau first choice buat pelaku pasar, menjadi word class player," kata dia.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Dorong BEI Jadi Bursa Saham Kelas Dunia

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Selain itu, Pandu mengatakan pihaknya ingin BEI menjadi bursa saham berkelas dunia. Oleh karena itu, pihaknya juga mengharapkan perusahaan-perusahaan dapat mencatatkan saham di pasar modal Indonesia.

"Bagaimana kita bisa cari perusahaan besar, memiliki bisnis di Indonesia untuk mau listing di Indonesia," ujar dia.

Selain itu, Pandu mengatakan, pihaknya akan memperbesar produk syariah di pasar modal seiring Indonesia salah satu negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar.

"Produk syariah kita perbesar, baik dari sisi fixed income dan equity, memperbesar pasar itu karena pangsa pasar besar," kata dia.

Ketiga, BEI juga mendorong perusahaan terbuka menerapkan ESG. "Indonesia potensi the largest karbon exporter. Dua dekade terakhir pertumbuhan ekonomi dari ekspor banyak dari batu bara. Tapi ini kesempatan 2-3 dekade gunakan batu bara bridge untuk capai zero carbon. Bagaimana caranya? coba kita dari carbon trading," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya