Liputan6.com, Jakarta - Pemegang saham terbesar kedua dari pengembang China Evergrande, Chinese Estates Holdings mengatakan telah menjual saham Evergrande USD 32 juta atau sekitar Rp 455,60 miliar (asumsi kurs Rp 14.237 per dolar AS).
Chinese Estates yang memiliki sekitar 6,5 persen dari modal ekuitas Evergrande pada 10 September 2021, berdasarkan data Refinitiv Eikon. Chinese Estate menyampaikan telah amanatkan penjualan seluruh atau sebagian dari sisa 5,66 persen saham Evergrande baik di pasar dan perdagangan yang diblok.
Mandat pelepasan akan berlaku selama 12 bulan sejak rapat pemegang saham pada 23 September 2021 untuk menyetujui penjualan. Hal itu berdasarkan pernyataan kepada bursa saham Hong Kong.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip laman business times, Kamis (23/9/2021), Chinese Estate menyatakan telah menjual 108,91 juta saham atau 0,82 persen dari modal saham yang diterbitkan Evergrande antara 30 Agustus dan 21 September senilai 246,5 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp 450,87 miliar (asumsi kurs Rp 1.829 per dolar Hong Kong).
Perusahaan memperkirakan jika seluruh saham dijual akan mengalami kerugian sekitar 9,49 miliar dolar Hong Kong pada Desember 2021.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mengenal Evergrande
Sebelumnya, Evergrande didirikan oleh pengusaha Hui Ka Yan pada 1996 di Guangzhou, China Selatan. Sebelumnya perusahaan ini dikenal sebagai Grup Hengda. Saat ini, pengembang properti terbesar kedua di China memiliki sekitar 1.300 proyek yang tersebar di lebih dari 280 kota di seluruh China.
Sekarang, cakupan Evergrande Group lebih luas dari sekadar pengembang real estate. Bisnisnya meliputi wealth management, pembuatan mobil listrik serta manufaktur makanan dan minuman. Bahkan Evergrande memiliki Guangzhou FC yang merupakan tim sepak bola terbesar di China.
Pendiri Evergrande, Hui, pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Asia. Meskipun dalam beberapa bulan terakhir kekayaannya anjlok berat. Menurut Forbes, Hui memiliki kekayaan pribadi lebih dari USD 10 miliar atau sekitar Rp142,55 triliun.
Evergrande berkembang agresif menjadi salah satu perusahan terbesar di China dengan memiliki kewajiban sekitar USD 300 miliar atau sekitar Rp4.267,3 triliun.
Tahun lalu, Pemerintah Beijing memberlakukan aturan baru untuk mengontrol jumlah utang pengembang real estate besar di negaranya. Tindakan tersebut sontak membuat Evergrande menawarkan propertinya dengan diskon besar-besaran. Tujuannya untuk memastikan pemasukan demi menjaga bisnis tetap bertahan dan tidak gulung tikar.
Saat ini, Evergrande berjuang mati-matian agar bisa memenuhi tunggakan bunga atas utangnya terdahulu. Ketidakpastian inilah yang menyebabkan saham Evergrande merosot sekitar 85 persen. Lembaga pemeringkat global pun telah menurunkan peringkat obligasi perusahaan ini.
Advertisement