Wall Street Bervariasi, Indeks S&P 500 Menguat Berkat Saham Nvidia

Wall street beragam pada perdagangan Kamis, 19 November 2021 lantaran kekhawatiran terhadap kasus COVID-19.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Nov 2021, 06:53 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2021, 06:43 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Kamis, 18 November 2021. Indeks S&P 500 menguat di tengah perdagangan yang bergejolak setelah hasil laba dari Nvidia, produsen chip terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,3 persen menjadi 4.704,54. Indeks Nasdaq bertambah 0,5 persen menjadi 15.993,71. Indeks Dow Jones turun 60 poin atau 0,1 persen setelah tekanan yang terjadi di saham Cisco.

CEO of Infrastructure Capital Management, Jay Hatfield menuturkan, pasar berada dalam jeda musiman yang normal setelah musim laporan keuangan. Kekhawatiran COVID-19 yang baru dinilai membebani perdagangan jangka pendek. Hal ini berdampak terhadap saham perjalanan dan pembukaan kembali ekonomi.

Bahkan dengan pergerakan pasar yang beragam itu, laba perusahaan terus menunjukkan kekuatan dan akhirnya mendorong rata-rata indeks utama menguat.

Saham Nvidia naik 8,3 persen setelah perseroan melaporkan kinerja laba dan pendapatan di atas harapan. Perseroan juga mengeluarkan pendapatan laba yang positif pada kuartal yang berakhir Januari.

Produsen chip melihat kenaikan 55 persen dalam penjualan data center dari periode sama tahun lalu. Selain itu, perseroan melihat peningkatan 42 persen dalam gaming, pasar terbesarnya.

Kenaikan saham Nvidia mendorong kapitalisasi pasar menjadi USD 791 miliar atau sekitar Rp 11.249 trliun (asumsi kurs Rp 14.221 per dolar AS).

Kinerja yang kuat dari Nvidia menyebabkan investor membeli saham produsen chip lainnya. Saham Advanced Micro Devices naik 2,4 persen. Saham Qualcomm menguat lebih dari 1 persen dan saham Micron Technology bertambah 2 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Prospek Sektor Saham Teknologi

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Di sisi lain, GlobalFoundries melihat ledakan besar setelah mengungkapkan pihaknya menjalin kemitraan dengan Ford untuk membantu produsen mobil itu meningkatkan pasokan chipnya.

Investor juga beralih ke saham teknologi seiring imbal hasil obligasi AS turun sekitar dua basis poin. Technical Strategist LPL Financial, Scott Brown mengatakan, sektor S&P 500 Information Technology naik 27 persen selama enam bulan terakhir, mengungguli indeks S&P 500 yang lebih dari 10 persen.

"Tema 2021 adalah rotasi, rotasi, rotasi,” ujar dia.

Akan tetapi, sektor teknologi  mencapai level tertinggi dalam 52 minggu. “Kami percaya itu membentuk prospek yang menguntungkan menuju 2022,” tutur dia.

Dalam pergerakan saham teknologi lainnya, saham Apple naik 2,9 persen ke level tertinggi sepanjang masa setelah Bloomberg News melaporkan perusahaan fokus kembali mengupayakan kendaraan listriknya pada kemampuan mengemudi sendiri.

Saham Amazon naik 4 persen saat kedai kopi tanpa kasir pertamanya yang bermitra dengan Starbucks dibuka di New York. Ini juga mendapatkan dorong dari momentum positif yang berkelanjutan di sektor ritel terutama digital.

Kinerja Sektor Ritel

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Laporan laba dari ritel besar terus mengangkat harga saham. Macy’s dan Kohl’s merilis kinerja laba dan pendapatan yang mengalahkan harapan.

Saham Macy melonjak lebih dari 21 persen. Perusahaan melaporkan pertumbuhan penjualan yang sebanding, berdasarkan kepemilikan plus lisensi sebesar 35,6 persen dan penjualan digital meningkat 19 persen. Itu juga menggoda peluncuran pasar digital tahun depan, dan mengatakan 41 persen dari 4,4 juta pelanggan baru pada kuartal tersebut datang melalui saluran digital.

Kohl juga melihat keuntungan dalam pertumbuhan penjualan toko yang sama dan digital. Saham Kohl melonjak hampir 11 persen. JD.com, ritel online terbesar di China naik sekitar 6 persen karena pendapatan dan laba yang kuat.

Saham Bath and Body Works meningkat lebih dari lima persen dan menjadi pemenang di indeks S&P 500. Saham Gap bertambah 4,3 persen dan Victoria Secret melompat 14 persen.

Di sisi lain, saham CVS naik sekitar dua persen setelah mengumumkan akan menutup 900 toko selama tiga tahun ke depan untuk meluncurkan strategi yang lebih digital bagi pembeli. Kemudian mengubah lokasi fisik menjadi tujuan layanan kesehatan seperti suntikan flu dan tes diagnostic.

Saham Deere juga naik 1 persen setelah mencapai resolusi dengan pekerja yang mogok sejak 14 Oktober 2021.

Wall Street Bergejolak

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Namun, perdagangan saham bergejolak selama sepekan. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masih di jalur positif selama sepekan. Indeks Dow Jones dekati dua persen dari rekornya.

“Untuk sesi kedua berturut-turut, harga yang mendasarinya jauh lebih lemah dari pada yang terlihat oleh indeks utama dengan segelintir saham kapitalisasi besar yang menutupi penjualan di tempat lainnya,” ujar Adam Crisafulli dari Vital Knowledge.

Ia menambahkan, tampaknya kekhawatiran yang sama masih ada sebelumnya. COVID-19, plafon utang, ketidakpastian the Fed, hingga laporan keuangan ‘buruk’ seperti Cisco masih berdampak untuk ekonomi yang mendasarinya.

Saham Cisco turun hampir 6 persen seiring panduan pendapatan lebih lemah dan kehilangan pendapatan. Pengajuan awal untuk asuransi pengangguran sedikit turun menjadi 268.000 pada pekan yang berakhir 13 November, berdasarkan laporan tenaga kerja.

Hal itu adalah level terendah sejak Maret 2020, dan penurunan mingguan dalam tujuh minggu berturut-turut. Ekonom yang disurvei Dow Jones memperkirakan turun menjadi 260.000 dibandingkan klaim pekan sebelumnya 269.000.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya