Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel koreksi pada perdagangan perdana, Senin (22/11/2021). Analis menilai, koreksi harga saham Mitratel itu lantaran harga saham yang ditawarkan cenderung mahal dan investor eksisting yang melepas saham lewat IPO.
Mengutip data RTI, saham MTEL turun 4,38 persen ke posisi Rp 765 per saham. Saham MTEL dibuka naik Rp 50 ke posisi Rp 850 per saham. Saham MTEL berada di level tertinggi Rp 890 dan terendah Rp 765 per saham.
Total frekuensi perdagangan 80.189 kali dengan volume perdagangan 16.486.874. Nilai transaksi Rp 1,3 triliun. Investor asing pun melakukan aksi jual. Tercatat aksi jual investor asing di saham MTEL mencapai Rp 296,6 miliar.
Advertisement
Baca Juga
Analis PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menuturkan, ada perbedaan pandangan baik prospek dan valuasi saham MTEL. Ia menilai, harga saham yang ditawarkan agak cenderung mahal.
“Kalau menurut saya karena saham yang ditawarkan agak cenderung mahal jika kita menggunakan metode relatif valuasi price earning (PE) atau EV/Ebitda dengan asumsi kinerja terakhir disetahunkan, hanya price book value (PBV) yang di bawah rata-rata industri yang terkait,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin pekan ini.
Selain itu, ia menuturkan, total emisi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) yang ditawarkan jumbo sehingga berat jika ingin langsung dongkrak harga di tengah perbedaan pandangan prospek dan harga wajarnya. Mitratel menawarkan saham perdana 23.493.524.800 saham dalam rangka IPO.
Dayamitra Telekomunikasi menawarkan harga saham perdana Rp 800 dengan nilai nominal Rp 228. Dengan demikian total dana yang diraup dari IPO Rp 18,79 triliun. Dengan demikian kapitalisasi pasar saham yang terbentuk Rp 66,81 triliun.
"Jadi para trader saham-saham IPO langsung jual ketika ada kenaikan harganya. Sedangkan big player belum langsung menaikkan harganya karena bisa jadi keterbatasan dana juga. Hari ini tekanan jual lebih tinggi dibandingkan tekanan beli jika dilihat dari broker summarynya,” ujar dia.
Oleh karena itu, ia menilai, kemungkinan pemilik dana besar bisa dari investor asing dan institusi lokal ingin harga saham lebih rendah dari harga sekarang untuk dapat diakumulasi.
Sementara itu, Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, penurunan harga saham MTEL kemungkinan bisa didorong dari keluarnya pemegang saham lama. “Melalui IPO, pemegang saham lama keluar, duluan dilepas,” ujar dia.
Selain itu, ia menilai, investor sudah mengukur pertumbuhan Dayamitra Telekomunikasi ke depan seiring sektor menara telekomunikasi lebih stabil.
"Pertumbuhan Mitratel sudah terukur oleh investor. Investor tidak harapkan tiba-tiba naik dua tiga kali lipat, tower jauh lebih stabil. Mungkin beberapa investor profit taking dan keluar,” ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Prospek Saham MTEL
Meski demikian, saham MTEL ini masih menarik ke depan. Hal ini lantaran bisnis menara telekomunikasi yang berpeluang tumbuh ke depan.
Sukarno menilai peluang pertumbuhan Mitratel ditopang permintaan kebutuhan internet akan semakin meningkat yang ditopang ketersediaan infrastruktur yang baik ke depan.
"Jangka panjang aman-aman saja dengan bisnisnya dan tetap memiliki peluang untuk tumbuh. Hanya saja tantangannya persaingan ketat,” ujar Sukarno.
Oleh karena itu, Sukarno menilai, saham MTEL masih menarik. Namun investor menunggu untuk potensi kenaikan harga. Sedangkan jika investor yang sudah pegang saham MTEL dapat wait and see.
“Wait and see. Jika harga cenderung turun di bawah harga IPO dalam 1-3 hari ke depan. Mungkin bisa dilepas setengah saja terus tunggu momentum teknikal kembali untuk bisa buyback,” kata dia.
Hal senada dikatakan Wawan. Ia menilai, Mitratel mencatat fundamental yang baik. Hingga semester I 2021, Mitratel mencatatkan pendapatan sebesar Rp 3,23 triliun. Naik 10,94 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,91 triliun. Mitratel mengantongi laba periode berjalan sebesar Rp 700,7 miliar. Naik 355,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 153,7 miliar.
Wawan menilai, ada potensi kenaikan saham MTEL tetapi membutuhkan waktu. Hal ini juga seiring ekspansi yang akan dilakukan Mitratel seperti akuisisi menara hingga dapat beri keuntungan.
Ia mencontohkan seperti gerak saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Apalagi saat pandemi COVID-19 mendukung kinerja keuangan dua emiten menara tersebut sehingga dongkrak harga saham TBIG dan TOWR.
Wawan optimistis Mitratel dapat bersaing dengan TBIG dan TOWR ketika nanti dapat merealisasikan dana IPO-nya.
“Mitratel fundamental bagus, jadi kalau pun nanti kembali ke fundamental masih oke. Mitratel dan Telkom memang lebih tinggian Telkom untuk return on equity (ROE),” kata dia.
Selain itu, Wawan menilai saham MTEL yang koreksi dapat dimanfaatkan investor untuk masuk dan diversifikasi investasi saham.
”Perusahaannya menarik, bisa beli di bawah harga IPO," kata dia.
Advertisement