Wall Street Anjlok Imbas Kekhawatiran Varian Baru COVID-19

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 905,04 poin atau 2,53 persen ke posisi 34.899,34.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Nov 2021, 15:49 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2021, 05:57 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot tajam pada perdagangan Jumat, 26 November 2021. Hal ini seiring varian COVID-19 baru yang ditemukan di Afrika Selatan memicu pergeseran  aset secara global dari aset berisiko.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 905,04 poin atau 2,53 persen ke posisi 34.899,34. Indeks Dow Jones turun lebih dari 1.000 poin ke posisi terendah dalam sesi perdagangan. Indeks S&P 500 turun 2,27 persen menjadi 4.594,62. Indeks Nasdaq tergelincir 2,23 persen menjadi 15.491,66.

Wall street yang merosot terjadi setelah pejabat Organisasi Kesehatan Dunia pada Kamis, 25 November 2021 memperingatkan varian COVID-19 yang telah terdeteksi di Afrika Selatan. Varian baru mengandung lebih banyak mutase pada lonjakan protein, komponen virus yang mengikat sel, dari pada varian delta yang sangat menular.

Ilmuwan khawatir mutasi ini dapat meningkatkan resistensi terhadap vaksin meskipun WHO mengatakan penyelidikan lebih lanjut diperlukan. Pada Jumat, 26 November 2022, WHO menganggap strain baru itu sebagai varian yang mengkhawatirkan dan menamakannya omicron.

Inggris menangguhkan sementara penerbangan dari enam negara Afrika karena varian tersebut. Israel melarang perjalanan ke beberapa negara setelah melaporkan satu kasus pada seorang pelancong. Dua kasus diidentifikasi di Hong Kong. Belgia juga konfirmasi sebuah kasus.

Harga obligasi naik dan imbal hasil jatuh di tengah peralihan aset lebih aman. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun 15 basis poin menjadi 1,49 persen.

Bursa saham Asia juga terpukul keras pada perdagangan Jumat, 26 November 2021 seiring indeks Nikkei 225 dan Hang Seng turun lebih dari dua persen. Indeks Dax Jerman merosot lebih dari empat persen. Bitcoin turun 8 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham di Wall Street

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Indeks volatilitas Cboe, indeks yang mengukur kekhawatiran wall street naik ke level tertinggi dalam dua bulan di posisi 28. Harga minyak juga anjlok dengan harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat turun 12 persen dan menembus di bawah USD 70 per barel.

Saham terkait perjalanan terpukul paling keras dengan Carnival Corp dan Royal Carribean masing-masing turun 11 persen dan 13,2 persen. Saham United Airlines turun lebih dari 9 persen, sementara American Airlines susut 8,8 persen. Saham Boeing tergelincir lebih dari 5 persen dan Marritt International turun hampir 6,5 persen.

Saham bank melemah di tengah kekhawatiran perlambatan aktivitas ekonomi  dan penurunan suku bunga. Saham Bank of America turun 3,9 persen dan Citigroup melemah 2,7 persen.

Industri yang terkait dengan ekonomi global menurun, dipimpin oleh Caterpillar turun sebesar 4 persen. Saham Chevron melemah 2,3 persen seiring saham energi bereaksi terhadap pergerakan harga minyak mentah.

Di sisi lain, saham Moderna melonjak lebih dari 20 persen. Saham Pfizer bertambah 6,1 persen. Saham yang berkaitan dengan aktivitas yang akan kembali dilakukan dari rumah melonjak. Saham Zoom Video dan Peloton naik lebih dari 5 persen.

Volume Perdagangan

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Pada perdagangan Jumat lebih singkat seiring libur Thanksgiving. Saat itu, volume perdagangan perdagangan cenderung tipis yang dapat memperkuat pergerakan di pasar.

“Penting untuk ditekankan bahwa sangat sedikit yang diketahui pada saat ini tentang jenis terbaru ini, termasuk apakah dapat menghindari vaksin atau seberapa parahnya terhadap mutase lain,” ujar Bespoke Investment Group’s Paul Hickey dilansir dari CNBC, Sabtu (27/11/2021).

Ia menambahkan, sulit untuk membuat keputusan investasi yang tepat saat ini. “Secara historis, mengejar reli dan menjual ke penurunan tajam terutama pada perdagangan yang sangat tidak likuid jarang berakhir menguntungkan, tetapi itu tidak menghentikan banyak orang,” kata dia.

Sejumlah ahli mengatakan, aksi jual dapat mendukung peluang pembelian.”Jumat setelah Thanksgiving mungkin tidak banyak trader, dengan penutupan lebih awal hari ini. Jadi likuiditas yang berpotensi lebih rendah menyebabkan tekanan,” ujar Ajene Oden dari BNY Mellon Investor Solutions.

Ia mengatakan, reaksi yang dilihat adalah peluang beli bagi investor. “Kami harus berpkir jangka panjang,” ujar dia.

Pasar ditutup pada Kamis, 25 November 2021 untuk Thanksgiving dan telah terpecah pada awal pekan ini. Indeks Nasdaq mencatat kinerja buruk di tengah tren kenaikan imbal hasil treasury. Indeks Nasdaq merosot 3,5 persen. Indeks S&P 500 dan Dow masing-masing turun 2,2 persen dan 2 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya