Wall Street Bervariasi Lonjakan Imbas Imbal Hasil Obligasi AS Mereda

Wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 24 November 2021 seiring lonjakan imbal hasil obligasi yang mereda.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Nov 2021, 06:24 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2021, 06:24 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 24 November 2021. Wall street beragam seiring lonjakan imbal hasil obligasi baru-baru ini mereda sehingga memungkinkan saham teknologi pulih.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,23 persen menjadi 4.701,46. Indeks Nasdaq bertambah 0,44 persen menjadi 15.845,23. Indeks Dow Jones susut 9,42 poin ke posisi 35.804,38.

Kenaikan imbal hasil obligasi baru-baru ini seiring keputusan Presiden AS Joe Biden kembali mencalonkan Jerome Powell sebagai ketua the Federal Reserve pada Senin, 22 November 2021.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun telah diperdagangkan di atas 1,68 persen setelah berakhir di posisi 1,55 persen. Namun, pada perdagangan Rabu, 24 November 2021, imbal hasil menjadi sekitar 1,64 persen.

Di sisi lain, saham induk Facebook yaitu Meta naik 1,1 persen sehingga mendukung kenaikan indeks Nasdaq. Sementara itu, saham Roku dan Peloton mengawali pekan ini dengan naik masing-masing lebih dari dua persen.

Saham perusahaan perangkat keras komputer HP mendapat kenaikan 10,1 persen setelah melaporkan pendapatan yang mengalahkan pendapatan dan laba bersih. Perseroan juga mengeluarkan panduan pendapatan kuartal I yang lebih tinggi.

Pergerakan suku bunga awal pekan ini membuat investor melepas saham teknologi dan growth stock, Investor beralih ke sejumlah saham bank dan energi sehingga mengangkat harga sahamnya.

Pasar yang terbagi telah meninggalkan indeks Dow Jones di zona hijau pada pekan ini. Indeks S&P 500 naik secara bertahap dan Nasdaq turun 1,3 persen.

“Ini tentu saja cerita tentang lebih banyak rotasi,” ujar Senior Investmet Strategist US Bank Wealth Management Rob Haworth, dilansir dari CNBC, Kamis (25/11/2021).

Ia menambahkan, pasar sekarang dengan pencalonan kembali Powell berpikir ini adalah pembukaan kembali aktivitas ekonomi yang mengesampingkan risiko. Selain itu, kekhawatiran apapun yang mungkin dimiliki tentang meningkatnya infeksi COVID-19.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pertemuan Bank Sentral AS

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve terbaru yang dirilis pada Rabu pekan ini menunjukkan bank sentral siap untuk mempercepat jadwal untuk memperlambat pembelian aset. Selain itu menaikkan suku bunga acuan jika inflasi tetap tinggi. Saham melemah setelah risalah dirilis.

Pasar telah menerima sejumlah kabar positif di bidang ekonomi. Klaim pengganguran awal pada pekan sebelumnya mencapai 199.000, level terendah dalam lebih dari 50 tahun.

Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) untuk kuartal III 2021 direvisi sedikit naik menjadi 2,1 persen, meski ekonom memperkirakan naik menjadi 2,2 persen.

Pendapatan pribadi dan belanja konsumen naik lebih dari yang diharapkan pada Oktober 2021. Namun, data tidak seragam positif, karena pesanan barang tahan lama menunjukkan penurunan tak terduga pada Oktober, berdasarkan Biro Sensus. Pengeluaran konsumsi pribadi inti, ukuran inflasi the Fed naik 4,1 persen year over year pada Oktober sesuai dengan perkiraan.

Setelah rilis data itu, the Atlanta Fed’s GDPNow melancak pertumbuhan kuartal IV 2021 naik menjadi 8,6 persen dari 8,2 persen.

Kekhawatiran Investor

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Laporan laba bersih ini mendorong beberapa pergerakan individu terbesar seiring saham ritel tradisional terpukul menyusul hasil kuartalan yang buruk.

Saham Gap merosot 24 persen dan Nordstrom susut 29 persen. Dua perusahaan itu melaporkan pendapatan meleset pada kuartal yang terbaru.

"Konsumen yang kuat dan permintaan yang terpendam seharusnya menjadikan ini musim liburan yang kuat untuk ritel, tetapi tekanan margin dan upah menganggu banyak prospek ritel,” ujar Senior Market Analyst Oanda Ed Moya kepada kliennya.

Di sisi lain, saham perangkat lunak Autodesk turun 15,4 persen setelah perusahaan mengeluarkan panduan kuartal IV yang mengecewakan.

Meningkatnya kasus COVID-19 di Eropa terus mengkhawatirkan investor. Jerman sedang pertimbangkan lockdown secara penuh. Adapun wall street ditutup pada perdagangan Kamis untuk perayaan Thanksgiving dan akan ditutup lebih awal pada Jumat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya