China Mobile Bakal Catatkan Saham di Bursa Shanghai

Dalam pengajuan ke bursa saham Hong Kong, China Mobile berencana menerbitkan 845,7 – 972,6 juta saham baru.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Des 2021, 17:09 WIB
Diterbitkan 22 Des 2021, 17:09 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa telekomunikasi China Mobile mengumumkan berhasil mengumpulkan 56 miliar yuan atau USD 8,8 miliar (setara Rp 125,66 triliun, asumsi kurs 14.280 per dolar AS) di Bursa Shanghai setelah dipaksa keluar dari Wall Street pada Januari 2022.

Dalam pengajuan ke bursa saham Hong Kong, China Mobile berencana menerbitkan 845,7 – 972,6 juta saham baru seharga 57,6 yuan setara USD 9 (atau Rp 138,2 ribu dengan estimasi kurs Rp 14.245 per dolar AS). Refinitiv memproyeksikan itu akan menjadi salah satu penawaran saham terbesar di dunia sepanjang 2021.

Debut besar-besaran ini membuat kepulangan China Mobile cukup mendapat sorotan. Perusahaan belum menentukan tanggal pencatatan dalam prospektusnya. Pihaknya hanya mengatakan akan sesegera mungkin melenggang di bursa Shanghai.

Awal 2021, China Mobile bersama dua perusahaan telekomunikasi milik pemerintah China (Chine Telecom dan China Unicom) dikeluarkan dari New York Stock Exchange atau Bursa Efek New York. Setelah pemerintah Trump melarang Amerika Serikat berinvestasi di perusahaan yang berhubungan dengan militer China.

Presiden AS Joe Biden teken kesepakatan guna memperluas larangan tersebut pada Juni. Sejak saat itu, China Telecom tercatat di bursa Shanghai. Entitas berhasil memperoleh kenaikan sebesar USD 7,3 miliar sebanding Rp 103,9 triliun sebagai salah satu terbesar secara global tahun ini.

China Unicom sudah melantai di Shanghai dan Hong Kong sebelum penandatanganan Biden. Baru menyusul China Mobile dan China Telecom yang turut meramaikan bursa Hong Kong.

Pekan lalu, China Mobile menyampaikan telah mengantongi izin dari regulator China untuk melanjutkan perdagangan saham terbarunya di Shanghai. Perusahaan menambahkan akan menggunakan pendapatan guna menopang perkembangan 5G serta infrastruktur cloud dan proyek smart home (rumah pintar).

China Mobile menjadi bagian vital dari industri telekomunikasi China demi memenangkan persaingan global dalam teknologi nirkabel. Negara tirai bambu berambisi melipatgandakan jumlah BTS 5G miliknya pada 2025. Progres akan mencakup lebih dari setengah populasi masyarakat China.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Alokasi Dana IPO

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Pada September 2021, China  Ministry of Industry and Information Technology (Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China) meninjau perusahaan telekomunikasi China telah membangun lebih dari 1 juta BTS 5G di seluruh negeri. 

Dalam prospektusnya, China Mobile akan menggunakan sekitar setengah dari uang yang dikumpulkan di Shanghai untuk rencana 5G. Targetnya adalah membangun setidaknya 500 ribu BTS 5G pada 2022.

Beberapa tahun terakhir, ketegangan AS-China memperumit ambisi teknologi Beijing dengan Washington. Ada pemberlakukan pembatasan ekspor teknologi Amerika ke perusahaan China seperti Huawei dan SMIC.

Pejabat AS menambahkan perusahaan China semakin banyak masuk ke daftar hitam investasi baru-baru ini. Terbaru yaitu pembuat drone DJI dan startup kecerdasan buatan SenseTime.

Pada Selasa, 21 Desember 2021, saham China Mobile sedikit berubah di Hong Kong segera setelah berita tersebut.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya