Wall Street Beragam Setelah Rilis Risalah The Fed

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik tipis 0,1 persen menjadi 4.475,01.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Feb 2022, 06:48 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2022, 06:48 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Rabu, 16 Februari 2022. Investor mencermati perkembangan terbaru dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS dan status militer Rusia di dekat Ukraina.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik tipis 0,1 persen menjadi 4.475,01. Indeks Dow Jones melemah 54,57 poin atau 0,2 persen menjadi 34.934,27. Indeks Nasdaq tergelincir susut 0,1 persen menjadi 14.124,10.

Tiga indeks acuan di wall street memangkas sejumlah kerugian setelah rilis risalah dari pertemuan the Fed pada Januari 2022. Traders mungkin sedikit lega rilis tidak menunjukkan the Fed akan bergerak lebih cepat dari yang diharapkan dalam menaikkan suku bunga.

"Tidak ada dalam risalah yang menyarankan the Fed akan lebih agresif dari pada apa yang telah diperkirakan pasar,” ujar Senior Invesment Strategist Allianz Investment Management, Charlie Ripley dikutip dari CNBC, Kamis (17/2/2022).

Adapun risalah tersebut menegaskan bank sentral siap menaikkan suku bunga dan mulai menyusutkan neracanya “segera”.

"Sebagian besar peserta mencatat jika inflasi tidak turun seperti yang mereka harapkan, akan tepat bagi komite untuk menghapus akomodasi kebijakan lebih cepat daripada yang mereka antisipasi saat ini,” kata risalah tersebut.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penjualan Ritel

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Dari sisi data, penjualan ritel melonjak 3,8 persen pada Januari 2022. Ekonom prediksi laporan penjualan naik 2,1 persen pada Januari 2022 setelah turun 1,9 persen pada Desember.

ViacomCBS menjadi salah satu berkinerja kurang baik di indeks S&P 500 pada Rabu pekan ini. Saham ViacomCBS melemah lebih dari 17 persen setelah perusahaan mengatakan akan mengubah citra perusahaan sebagai Paramount Global untuk fokus pada streaming. Perseroan juga melaporkan pendapatan kuartalan yang lebih rendah dari perkiraan.

Saham induk Facebook Meta Platforms turun 2 persen setelah raksasa teknologi itu dilaporkan meluncurkan serangkan valuasi perusahaan baru dalam upaya terbarunya untuk mengelola karyawannya yang mengalami demoralisasi.

Di sisi lain investor terus memantau perkembangan terbaru terkait konflik Rusia-Ukraina. Pejabat NATO menuding Rusia mengumpulkan pasukan di perbatasan Ukraina. Pesawat AS dan Rusia di Laut Mediterania terbang berdekatan selama akhir pekan, demikian laporan the Wall Street Journal.

Harga Energi Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Harga energi yang sensitif terhadap kabar tersebut bergerak menguat pada Rabu pekan ini. Harga gas alam naik lebih dari 7 persen. Harga minyak berjangka menguat 1,7 persen ke posisi USD 93,66 per barel.

Saham Devon Energy, Schlumberger dan Baker Hughes termasuk di antara top gainers S&P 500. Indeks volatilitas Cboe yang dikenal sebagai pengukur ketakutan wall street tergelincir ke level 25.

“Risiko geopolitik adalah sesuatu yang sangat, sangat sulit diperdagangkan dan itu adalah sesuatu yang kami suka untuk tidak berlebihan, jadi Anda harus menunggu,” tutur CEO New Street Advisors Group Delano Saporu.

Presiden AS Joe Biden membahas perkembangan terbaru antara Rusia-Ukraina menegaskan kembali AS akan mempertahankan wilayah NATO.

“Jika Rusia melanjutkan, kami akan menggalang dunia,” ujar Biden.

Ia menambahkan, sekutu AS siap menjatuhkan sanksi kuat yang akan merusak kemampuan Rusia untuk bersaing secara ekonomis dan strategis. Pernyataan itu muncul setelah pemerintah Rusia mengatakan sebelumnya beberapa tentara yang berada di perbatasan Ukraina telah kembali ke pangkalannya. Hal ini membantu meningkatkan sentimen di wall street.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya