Wall Street Kembali Perkasa Usai Ketegangan Rusia-Ukraina Mereda

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 422,67 poin atau 1,2 persen menjadi 34.988,84.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Feb 2022, 06:43 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2022, 06:43 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Selasa, 15 Februari 2022. Hal ini setelah Rusia tampaknya mundur dari invasi langsung ke Ukraina dan mendinginkan ketegangan geopolitik yang telah menekan wall street dalam tiga hari terakhir.

Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan telah mulai mengembalikan beberapa pasukan ke pangkalan penempatan setelah latihan di dekat perbatasan Ukraina.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 422,67 poin atau 1,2 persen menjadi 34.988,84. Kenaikan indeks Dow Jones didorong lonjakan saham Boeing sebesar 3,7 persen. Indeks S&P 500 menanjak 1,6 persen menjadi 4.471,07.

Indeks Nasdaq naik 2,5 persen menjadi 14.139,76. Tiga indeks acuan tersebut turun pada tiga sesi perdagangan sebelumnya. Sementara itu, indeks kapitalisasi kecil Russell 2000 menguat 2,8 persen.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan, pasukan yang baru-baru ini ditempatkan di distrik militer selatan dan barat Rusia yang berbatasan dengan Ukraina telah menyelesaikan latihan mereka dan akan memindahkan militernya.

Selain itu, Presiden AS Joe Biden membahas konflik itu pada Selasa sore. Ia mengatakan, Amerika Serikat akan membela anggota NATO jika konflik mulai meningkat.

"Jika Rusia melanjutkan, kami akan mengerahkan dunia," ujar dia dikutip dari CNBC, Rabu (16/2/2022).

Ia menambahkan, sekutu Washington siap untuk menjatuhkan sanksi kuat yang akan “merusak kemampuan Rusia untuk bersaing secara ekonomi dan strategis”.

Harga minyak mentah WTI turun sekitar 3,6 persen. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melonjak 2,04 persen seiring ketegangan mereda. VanEck Russia ETF, dana yang diperdagangkan di AS yang investasi di saham besar Rusia naik 5,8 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Gerak Saham dan Sentimen Ukraina-Rusia

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Di sisi lain, saham maskapai dan kapal pesiar memimpin kenaikan. Sementara itu, perusahaan energi melemah seiring harga minyak turun. Saham American Airlines naik 8,1 persen dan Carnival Corp bertambah 6,7 persen. Sementara itu, saham Exxon Mobil susut 1,3 persen dan Conoco Phillips melemah 2 persen.

Saham teknologi juga menguat. Saham Netflix bertambah 2,8 persen dan Tesla naik 5,3 persen. Saham Zoom Video menguat 3,4 persen. “Menurunnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina membantu sentimen keseluruhan hari ini, tetapi itu bukan satu-satunya kabar baik.

Kasus COVID-19 AS sekarang turun 80 persen dari puncaknya pada Januari, tanda lain pembukaan kembali akan bergerak maju,” kata Ryan Detrick dari LPL Financial.

Selain sentimen Ukraina, investor juga melihat lagi gambaran inflasi pada Selasa pekan ini. Indeks harga produsen yang mengukur permintaan barang dan jasa naik 1 persen pada Februari 2022 dari perkiraan Dow Jones 0,5 persen.

Selama 12 bulan terakhir, indek itu naik 9,7 persen. Inflasi inti yang tidak termasuk makanan, energi, dan jasa perdagangan meningkat 0,9 persen pada Februari 2022 dan melampaui perkiraan 0,4 persen.

“Berita bahwa Rusia kembali menarik sejumlah pasukannya dari perbatasan Ukraina memicu tawaran untuk saham dan harga minyak tertekan,” ujar Ekonom Oxford Economics, Kathy Bostjancic.

Ia menambahkan, NATO masih menunggu konfirmasi mundurnya pasukan. Sementara itu, harga grosir di Amerika Serikat mulai naik pada 2022 dengan kecepatan yang dipercepat. Ini menekankan the Fed mencermati inflasi, dan melakukan pengetatan pada 2022.


Sentimen The Fed

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Kekhawatiran atas sejumlah kenaikan suku bunga the Fed juga membuat investor gelisah. Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan, bank sentral harus agresif memerangi inflasi. Indeks harga konsumen naik bulan lalu dengan laju tercepat dari tahun ke tahun sejak 1982.

Hal ini juga membuat Citigroup dan Goldman Sachs meningkatkan prospek kenaikan suku bunga menjadi tujuh kali pada 2022.

Adapun the Fed merilis risalah dari pertemuan terakhirnya pada Rabu pekan ini. Investor akan mengawasinya dengan hati-hati untuk setiap hal baru tentang rencana kenaikan suku bunga, prospek inflasi dan neraca.

“Jika pengungkapannya adalah the Fed percaya mereka berada di belakang kurva, itu menarik, dan akan membuat investor mundur. Mereka akan memikirkan kenaikan suku bunga dan pengetatan tambaham,” tutur Chief Investment Strategist State Street Global Advisors, Michael Arone.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya