Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu sore (16/2/2022).Sejumlah sentimen eksternal dan internal bayangi rupiah.
Salah satunya perkembangan ketegangan Rusia-Ukraina. Pada perdagangan Rabu sore, rupiah ditutup menguat 43 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 45 poin di level Rp 14.256 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.299.
Sedangkan untuk perdagangan Kamis, 17 Februari 2022, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi tetapi ditutup menguat direntang Rp 14.230-Rp.14.290.
Advertisement
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS naik pada Rabu pagi di Asia, sementara euro mempertahankan kenaikan semalam di awal perdagangan Asia Pasifik.
Baca Juga
"Investor juga mencerna laporan bahwa Rusia dapat memindahkan pasukan dari perbatasannya dengan Ukraina, di samping data ekonomi terbaru dari China," ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Rabu pekan ini.
Kementerian pertahanan Rusia pada Selasa menerbitkan rekaman yang menunjukkan pihaknya menarik beberapa pasukan dari perbatasan dengan Ukraina setelah latihan.
Namun, Presiden AS Joe Biden mengatakan AS belum memverifikasi langkah tersebut, sementara Ukraina melaporkan serangan cyber pada jaringan online kementerian pertahanan dan dua bank hanya beberapa jam setelah pengumuman Rusia.
Ibrahim menambahkan, the Federal Reserve AS (the Fed) secara luas diperkirakan menaikkan suku bunga pada pertemuan Maret 2022, dengan beberapa kenaikan lagi kemungkinan akan mengikuti sepanjang tahun.
"Investor sekarang menunggu risalah dari pertemuan terakhir the Fed di kemudian hari, yang dapat memengaruhi pergerakan dolar dan suku bunga AS. Hasil pada catatan Treasury 10-tahun benchmark terakhir di 2,0329,” tutur Ibrahim.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sentimen The Fed
Perdebatan di antara pejabat Fed tentang seberapa agresif bank sentral harus menaikkan suku bunga juga berlanjut.
Presiden Fed St Louis James Bullard pada Senin mengulangi seruan untuk mempercepat laju kenaikan suku bunga Fed, tetapi beberapa rekannya kurang tertarik untuk berkomitmen pada kenaikan setengah poin atau bahkan khawatir hal itu dapat menyebabkan masalah.
Di seberang Atlantik, Bank of England dapat menaikkan suku bunganya sendiri sebesar 25 basis poin lagi pada pertemuan Maret, menurut jajak pendapat ekonom Reuters. Bank sentral terakhir menaikkan suku bunga pada tiga pertemuan berturut-turut pada 1997.
Dari sentimen internal, Ibrahim menuturkan, Indonesia berhasil pulih lebih cepat dari yang diperkirakan atas pandemi Covid-19 Bahkan, dibandingkan dengan krisis moneter yang melanda pada 1997-1998.
"Ketika pandemi dimulai pada Maret 2020, pemerintah mengambil langkah strategis untuk mengantisipasi jatuhnya ekonomi akibat jatuhnya mobilitas masyarakat. Hal ini mulai dari mengamankan sisi kesehatan, sistem keuangan hingga insentif untuk masyarakat yang terdampak.Hasilnya terlihat, meskipun ekonomi negatif 2,07 persen pada periode tersebut, namun tidak sedalam banyak negara lain," tutur dia.
Kemudian momentum pemulihan ekonomi berlanjut pada 2021. Pada kuartal II , ekonomi berhasil tumbuh positif di atas 7 persen ditopang oleh seluruh aspek, mulai dari ekspor, konsumsi rumah tangga hingga investasi. Meskipun di kuartal III 2021 tekanan kembali datang lewat varian Delta, pemerintah segera menginjak rem agar penyebaran tidak semakin meluas.
Pemulihan ekonomi akhirnya kembali ke jalur semula pada Kuartal IV 2021, yang berhasil tumbuh 5,02 persen. Perbaikan ekonomi di kuartal IV 2021 didorong oleh sisi permintaan dan penawaran.
Dalam kuartal IV 2021, Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 3,55 persen (yoy), aktivitas investasi (PMTB) yang sempat tertahan, juga kembali dapat meningkat 4,49 persen, konsumsi pemerintah juga mampu tumbuh 5,25 persen (yoy) dan ekspor kembali mencatatkan pertumbuhan tinggi sebesar 29,83 persen (yoy).
"Dilihat dari sisi sektor lapangan usaha, hampir seluruhnya berhasil tumbuh positif selama periode Oktober-Desember 2021. Ini termasuk sektor pariwisata yang sudah mulai pulih meskipun belum kembali seperti level pra pandemi. "Kita menutup 2021 dengan pertumbuhan positif 3,6 persen" ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Jika dilihat secara keseluruhan, ekonomi memang tidak hanya ditopang oleh dalam negeri. Efek dari lonjakan harga komoditas internasional, seperti batu bara, bauksit, tembaga, nikel hingga minyak kelapa sawit yang menjadi ekspor andalan Indonesia juga menjadi faktor pendorong lainnya. Sehingga menutup 2021 dengan pertumbuhan 2021 positif di angka 3,6 persen.
Advertisement