Wall Street Beragam, Investor Cermati Perkembangan Invasi Rusia ke Ukraina

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 166,15 poin atau sekitar 0,49 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Mar 2022, 07:06 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2022, 07:06 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Senin, 28 Februari 2022. Wall street beragam ini seiring investor memantau perkembangan invasi Rusia ke Ukraina termasuk serangkaian sanksi baru dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 166,15 poin atau sekitar 0,49 persen. Namun, ditutup ke posisi terendah di 33.892,50. Indeks S&P 500 tergelincir 0,24 persen ke posisi 4.373,94. Sedangkan indeks Nasdaq naik 0,41 persen menjadi 13.751,40.

Perdagangan Senin, 28 Februari 2022 menutup pergerakan yang bergejolak dengan indeks rata-rata utama kompak membukukan tekanan bulanan. Sesi perdagangan yang bergejolak itu seiring konflik antara Rusia dan Ukraina.

Pasukan Ukraina telah menguasai kota-kota penting termasuk ibu kota Kiev. Pejabat dari dua negara mengadakan putaran negosiasi di dekat perbatasan Belarusia pada Senin pekan ini.

"Perang pada dasarnya adalah lingkungan berisiko untuk aset berisiko karena investor global beralih ke obligasi negara dan safe havens lainnya hingga kenormalan baru ditetapkan,” ujar Strategist Raymond James Tavis McCourt dilansir dari CNBC, Selasa (1/3/2022).

Ia menambahkan, segala sesuatu tentang ini belum pernah terjadi sebelumnya. "Jadi tentang satu-satunya hal rasional untuk dikatakan tentang gejolak saham untuk terus menanti resolusi,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Saham defensif antara lain Lockheed Martin dan Northrop Grumman masing-masing naik 6,7 persen dan 7,9 persen. Saham keamanan siber juga memimpin dengan Crowdstrike melonjak 7,4 persen. Di sisi lain, saham bank berada di bawah tekanan dengan saham JP Morgan melemah 4,2 persen dan Citigroup susut 4,4 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah turun tajam dengan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun 1,83 persen. Imbal hasil itu susut 15 basis poin. Imbal hasil bergerak berlawanan dengan harga dan lebih rendah di tengah tingginya permintaan untuk obligasi safe-haven.

Imbal hasil obligasi yang lebih rendah mungkin membantu kinerja Nasdaq yang padat teknologi. Hal ini seiring saham yang berorientasi pada pertumbuhan cenderung berkinerja lebih baik ketika suku bunga rendah. Saham Tesla naik 7,5 persen.

Gejolak juga terjadi di pasar uang.Bank sentral Rusia menaikkan suku bunga menjadi 20 persen dari 9,5 persen. Hal ini sebagai reaksi terhadap pergerakan mata uang yang melihat Rubel jatuh hampir 22 persen terhadap dolar AS. Rubel mencapai rekor terendah terhadap dolar AS pada Senin pagi, 28 Februari 2022.

Sanksi SWIFT

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Selama akhir pekan, AS bergabung dengan sekutu di Eropa dan Kanada untuk melarang bank-bank utama Rusia dari sistem pesan antarbank SWIFT. Sistem ini menghubungkan lebih dari 11.000 bank dan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara dan wilayah.

Selain itu, sekutu AS dan Eropa juga telah mengambil tindakan terhadap bank sentral Rusia yang secara efektif membekukan cadangan devisa negara itu. Sanksi di pasar keuangan membuat beberapa investor dan traders mencari potensi gangguan di luar pasar Rusia.

“Beberapa bank Rusia yang dikeluarkan dari SWIFT dan pembekuan akses bank sentral Rusia ke cadangan mata uang asing yang disimpan di Barat jelas meningkatkan risiko ekonomi,” ujar Dennis DeBusschere dari 22V Research.

Namun, DeBusschere menunjukkan Rusia masih dapat menjual minyak dan mungkin ada lubang lingkaran di aset beku Rusia yang mungkin membatasi gejolak di pasar selama beberapa hari.

Wall Street Tertekan pada Februari 2022

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Pada perdagangan akhir Februari, 28 Februari 2022, menunjukkan rata-rata indeks acuan utama AS turun lebih dari 3 persen pada Februari 2022. Indeks Dow Jones anjlok 3,5 persen, dan mencatat kinerja bulanan terburuk sejak November 2020.

Saham terutama Nasdaq sudah melemah sebelum invasi ke Ukraina. “Konflik datang di luar dugaan, di tengah pasar sudah berpotensi menuju tren bearish karena valuasi, kenaikan suku bunga, inflasi, dan kurangnya Fed put,” ujar CEO Toews Asset Management, Philip Toews.

Ia menuturkan, saat ini bukan prospek bagus untuk pasar meski beberapa reli jangka pendek yang seperti dilihat pekan lalu.

Dari sisi komoditas, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 5 persen menjadi USD 95,91 per barel pada Senin pekan ini. Harga minyak mentah Brent pada April naik lebih dari 3 persen menjadi USD 101,10 per barel. Harga gas alam berjangka sedikit turun.

Saham minyak bervariasi meski ada kenaikan harga komoditas. Saham BP dan Shell di London turun tajam setelah perseroan mengumumkan akan memutuskan hubungan dengan perusahaan energi Rusia. Saham Occidental Petroleum melonjak hampir 13 persen.

Saham solar melonjak dengan Enphase Energy naik lebih dari 8 persen. Hal ini seiring konflik membuat beberapa pembuat kebijakan lebih khawatir tentang ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya