Wall Street Tersungkur Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina Kembali Memanas

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 1,8 persen menjadi 4.225,50.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Feb 2022, 07:06 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2022, 07:06 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street turun tajam pada perdagangan Rabu, 23 Februari 2022. Hal ini seiring meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina mendorong rata-rata indeks saham utama ke posisi terendah pada 2022.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 1,8 persen menjadi 4.225,50. Indeks Dow Jones merosot 464,85 poin menjadi 33.131,76. Indeks Nasdaq susut 2,6 persen menjadi 13.037,49.

Baik indeks Dow Jones dan Nasdaq alami koreksi untuk lima hari perdagangan berturut-turut. Indeks S&P 500 merosot untuk empat hari berturut-turut.

"Saham akan berjuang untuk menemukan arah hingga pasar keuangan memiliki jawaban jelas tentang apakah krisis Rusia-Ukraina akan memiliki solusi diplomatic atau perang regional,” ujar Analis Oanda, Edward Moya dikutip dari CNBC, Kamis (24/2/2022).

Saham maskapai dan pelayaran berada di zona merah. Demikian juga sejumlah saham perusahaan teknologi. Saham Delta Air Lines melemah 4,1 persen dan Tesla tergelincir 7 persen. Saham Amazon tersungkur 3,6 persen dan Apple turun 2,6 persen.

Saham Macy’s susut 5,2 persen, saham TJX Companies merosot 4,2 persen, Best Buy turun 2,1 persen dan Norstrom kehilangan 3,4 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ketegangan Rusia-Ukraina

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Investor telah hadapi ketegangan Rusia-Ukraina. Ukraina memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Rusia dan meninggalkan negara tetangga jika ada di sana. Sementara itu, Inggris siap menjatuhkan sanksi lagi kepada Rusia.

Ukraina juga mengatakan ada serangan denial of service (DDoS) massal lainnya yang mencegah entitas tertentu mengakses situs web pemerintah, demikian laporan NBC.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan akan mengizinkan sanksi untuk bergerak maju pada perusahaan yang bertanggung jawab untuk membangun pipa gas Nord Stream 2 Rusia, menyusul sanksi tahap pertama terhadap Rusia pada Selasa, 22 Februari 2022 yang menargetkan bank rusia, tiga individu dan utang negara.

“Hari ini, saya telah mengarahkan pemerintahan saya untuk menjatuhkan sanksi pada Nord Stream 2 AG dan pejabat perusahaannya,” ujar Biden.

Ia menuturkan, langkah ini adalah bagian lain dari tahap awal sanksi sebagai tanggapan atas tindakan Rusia di Ukraina. VanEck Russia ETF, yang diperdagangkan di Amerika Serikat yang investasi di perusahaan Rusia turun hampir 9,3 persen.

“Sementara ketidakpastian tetap ada, pekerjaan kami menunjukkan secara historis peristiwa militer dan krisis cenderung menyuntikkan volatilitas ke pasar dan sering menyebabkan penurunan jangka pendek, tetapi saham cenderung pada akhirnya menguat, kecuali peristiwa tersebut mendorong ekonomi ke dalam resesi,” ujar Senior Global Macro Strategist Truist, Eylem Senyuz.

Investor juga menghadapi kekhawatiran tentang rekor inflasi dan poros kebijakan moneter the Federal Reserve yang dapat akibatkan kenaikan suku bunga secepatnya bulan depan.

Wall street bertaruh ada peluang 100 persen kenaikan suku bunga pada pertemuan Maret 2022, berdasarkan CME Group’s FedWatch tool.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya