Wall Street Melonjak, Indeks Nasdaq Naik 3 Persen Usai AS Beri Sanksi Baru ke Rusia

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq alami lonjakan terbesar setelah investor beli saham teknologi yang tertekan akibat sentimen Rusia-Ukraina.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Feb 2022, 07:13 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2022, 07:13 WIB
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 24 Februari 2022. Hal ini seiring pelaku pasar melakukan aksi beli saham dari penurunan tajam karena investor mengabaikan serangan Rusia terhadap Ukraina.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 1,5 persen menjadi 4.288,80 setelah turun lebih dari 2,6 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Dow Jones bertambah 92,07 poin menjadi 33.223,83 dan menghapus penurunan 859 poin. Indeks Nasdaq melonjak 3,3 persen ke posisi 13.473,59 setelah turun hampir 3,5 persen.

Terlepas dari  pembalikan yang menakjubkan, indeks S&P 500 tetap berada di wilayah koreksi. Indeks Nasdaq dibuka wilayah koreksi pada Kamis, 24 Februari 2022 dan turun lebih dari 20 persen dari rekor tertingginya pada November.

Investor membeli saham saat terjadi koreksi terutama di sejumlah saham teknologi pada Kamis pekan ini. Saham Amazon, Netflix, Alphabet, dan Microsoft menguat. Saham Netfflix naik 6,1 persen. Saham Microsoft bertambah 5,1 persen. Saham Alphabet dan Meta masing-masing menguat 4 persen dan 4,6 persen.

Presiden AS Joe Biden angkat bicara mengenai invasi Rusia ke Ukraina. Biden mengumumkan AS akan memberikan gelombang sanksi baru terhadap Rusia dalam upaya mengisolasi Moskow dari ekonomi global.

Gedung Putih juga telah mengizinkan pasukan tambahan untuk ditempatkan di Jerman, ketika sekutu NATO berupaya meningkatkan pertahanan di Eropa.

"Hari ini saya mengesahkan sanksi kuat tambahan dan batasan baru tentang apa dapat diekspor ke Rusia. Ini akan membebani ekonomi Rusia dengan segera dari waktu ke waktu,” ujar Biden dilansir dari CNBC, Jumat (25/2/2022).

Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Rusia tetap menjadi bagian dari ekonomi dunia. “Kami tidak akan merusak sistem ekonomi dunia tempat kami menjadi bagian selama kami menjadi bagian darinya,” ujar dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bursa Saham Eropa Melemah

Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)
Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)

Chief US Equity and Global Strategis Deutsche Bank, Binky Chadha menuturkan, invasi Rusia benar-benar lebih buruk daripada harapan dasar yang pasar miliki.

"Saya berpendapat pada dasarnya kita berbicara tentang penurunan 5-6 persen lagi yang akan menempatkan kita mendekati 20 persen," kata dia.

Sementara itu, harga minyak tetap tinggi. Harga minyak global Brent melonjak 1 persen menjadi USD 92 per barel setelah sentuh posisi USD 100 untuk pertama kalinya sejak 2014. Harga minyak Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) naik 1 persen mencapai USD 92 per barel.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun tetap di bawah 2 persen karena investor mencari safe have. Harga bitcoin berbalik positif. Indeks volatilitas CBOE yang mengukur kekhawatiran wall street melonjak ke atas level 37, mendekati level tertinggi pada 2022. Indeks kemudian turun sekitar 30.

Bursa saham Eropa pun alami aksi jual. Indeks European Stoxx 600 turun lebih dari tiga persen ke titik terendah pada 2022. VanEck Russia ETF yang diperdagangkan di Amerika Serikat yang berinvestasi di perusahaan-perusahaan top Rusia anjlok 19 persen pada Kamis pekan ini.

“Berapa lama krisis ini berlangsung akan menentukan seberapa besar inflasi, kondisi keuangan, dan pertumbuhan akan terpengaruh,” ujar Dennis DeBusschere dari 22vResearch.

Sebelum investasi, wall street cenderung bergejolak karena inflasi tinggi yang berasal dari pandemi COVID-19. Pasar juga khawatir tentang kebijakan Federal Reserve yang lebih ketat di tengah meningkatnya inflasi.

Trader telah menyesuaikan pandangannya tentang The Fed dalam beberapa hari terakhir, dengan kemungkinan kenaikan suku bunga 0,5 persen pada Maret turun menjadi 13,3 persen, berdasarkan data CME Group.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya