Bursa Saham Asia Tergelincir Ikuti Wall Street, Indeks Nikkei Jepang Pimpin Koreksi

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Kamis, 7 April 2022 dengan indeks Jepang pimpin pelemahan.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 07 Apr 2022, 10:03 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2022, 10:03 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Bursa saham Asia Pasifik merosot ikuti wall street pada Kamis, 7 April 2022. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada Kamis (7/4/2022), setelah dua hari penurunan di wall street. Bursa saham Jepang memimpin koreksi di bursa saham Asia.

Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 1,69 persen pada awal perdagangan, sedangkan indeks Topix turun 1,83 persen. Saham Fast Retailing melemah 2,84 persen.

Kemudian, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,33 persen. Di Korea, Kospi tergelincir 0,98 persen sedangkan Kosdaq turun 1,22 persen. Indeks Hong Kong Hang Seng naik 0,55 persen dan indeks Hang Seng teknologi menanjak 1,12 persen.

Bursa saham China bervariasi. Indeks Shanghai menguat 0,17 persen dan indeks Shenzhen susut 0,18 persen. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang susut 0,33 persen.

Melansir CNBC, Samsung Electronics melaporkan laba operasinya untuk kuartal pertama 2022 kemungkinan melonjak sekitar 50 persen dibandingkan tahun lalu.

Pembuat chip memori dan smartphone itu membukukan laba sekitar 14,1 triliun won (USD 11,6 miliar), demikian disampaikan dalam panduan pendapatan perusahaan. Saham Samsung turun 0,44 persen.

Saham JD.com yang terdaftar di Hong Kong mengumumkan Xu Lei akan menggantikan pendiri Richard Liu sebagai CEO dari perusahaan yang efektif segera. Liu akan tetap menjadi ketua dewan direksi, sementara Xu akan menjadi direktur eksekutif.

Tahun lalu, Liu mundur, dan Xu diangkat sebagai presiden JD.com. Dalam berita bank sentral, Reserve Bank of India akan melanjutkan pertemuan kebijakan moneternya pada Kamis.

Semalam di bursa saham Amerika Serikat (AS), indeks saham utama turun untuk hari kedua karena investor bereaksi terhadap panduan Fed tentang pengetatan kebijakan moneter.

Risalah pertemuan Fed menunjukkan para pejabat ingin mengecilkan neraca sebesar USD 95 miliar per bulan. Suku bunga juga diperkirakan akan naik lebih cepat.

Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 144,67 poin, atau 0,42 persen, menjadi 34.496,51. Indeks S&P 500 turun 0,97 persen menjadi 4.481,15, dan indeks Nasdaq Composite turun lagi 2,22 persen menjadi 13.888,82 setelah jatuh sekitar 2,3 persen pada Selasa.

Imbal hasil obligasi AS 10 tahun naik ke tertinggi tiga tahun di atas 2,65 persen pada Rabu dan terakhir di 2,5863 persen. Di sisi lain, data klaim pengangguran mingguan AS akan dirilis Kamis pagi di AS.

Dua  patokan harga minyak mentah naik lebih dari 1 persen pada Kamis pagi di Asia. Harga minyak mentah berjangka AS naik 1,41 persen menjadi diperdagangkan pada USD 97,59 per barel, sementara minyak mentah Brent naik 1,47 persen pada USD 102,56 per barel.

Indeks USD  terakhir diperdagangkan di 99,540. Yen Jepang diperdagangkan pada 123,68 per dolar, sedangkan dolar Australia berada di 0,7504, sedikit lebih lemah dari level kemarin.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan Wall Street pada Rabu 6 April 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 6 April 2022. Imbal hasil obligasi juga melonjak ke level tertinggi baru setelah bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) memberi lebih banyak panduan tentang seberapa cepat akan memperketat kebijakan moneter.

Hal ini untuk melawan inflasi dan langkah tersebut meningkatkan kekhawatiran dapat memperlambat ekonomi. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 144,67 poin atau 0,42 persen menjadi 34.496,51.

Indeks S&P 500 merosot 0,97 persen menjadi 4.481,15. Indeks Nasdaq tergelincir 2,22 persen menjadi 13.888,82 setelah jatuh sekitar 2,3 persen pada perdagangan Selasa pekan ini.

"Itu adalah peringatan bagi siapa pun yang berpikir the Fed akan lebih dovish dalam perjuangan mereka melawan inflasi,” ujar Chief Equity Strategist LPL Financial, Quincy Krosby dilansir dari CNBC, Kamis , 7 April 2022.

Rilis risalah the Fed mengindikasikan pada Rabu sore pekan ini, pejabat “secara umum setuju” menyusutkan neraca sebesar USD 95 miliar per bulan. Risalah juga menunjukkan pejabat bank sentral sedang mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih besar dari pada kenaikan 25 basis poin. Saham merosot ke posisi terendah setelah rilis risalah, dan kembali sedikit bangkit.

“Banyak peserta mencatat dengan inflasi jauh di atas tujuan komite, risiko inflasi ke atas, dan tingkat dana federal jauh di bawah perkiraan peserta untuk tingkat jangka panjangnya. Mereka lebih suka kenaikan 50 basis poin dalam kisaran target, untuk tingkat dana federal pada pertemuan ini,” kata risalah.

Sementara itu, imbal hasil treasury AS bertenor 10 tahun melonjak di atas 2,65 persen ke level tertinggi dalam tiga tahun pada Rabu pekan ini. Imbal hasil obligasi tetap mendekati level tertinggi tersebut setelah rilis risalah pertemuan the Fed. Pada Senin, imbal hasil obligasi menyentuh 2,4 persen.

Risalah tersebut berasal dari pertemuan the Fed pada Maret pekan ini dan mengindikasikan kenaikan suku bunga sebanyak enam kali pada 2022.

“Saya pikir pasar saham mendapatkan gagasan USD 60 miliar treasury dan USD 35 miliar hipotek mulai menjadi nyata,” ujar James Caron dari Morgan Stanley Investment Management.

Ia menambahkan, jika the Fed menaikkan 50 basis poin lagi pada Mei 2022, dan 50 basis poin lagi pada Juni, itu mulai menjadi lebih nyata. “Ini tentu bukan penarik untuk saham,” kata dia.

 

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Di sisi lain, saham teknologi memimpin penurunan pada Rabu pekan ini dan koreksi selama dua hari. Hal ini seiring investor keluar dari saham teknologi karena bersiap untuk suku bunga lebih tinggi sehingga memperlambat ekonomi.

Saham Apple, Microsoft, Amazon dan Tesla berkontribusi pada penurunan sektor saham teknologi. Produsen chip seperti Nvidia dan Marvell Technology juga melanjutkan koreksi masing-masing turun sekitar 5,9 persen dan 2,6 persen.

Investor terus mencari saham dengan keuntungan stabil, dan menghindari saham yang menawarkan pertumbuhan ke depan. Sektor utilitas, perawatan kesehatan dan kebutuhan pokok konsumen terus naik pada Rabu pekan ini.

Saham Amgen dan Johnson&Johnson masing-masing naik lebih dari dua persen. Saham konsumsi seperti Coca Cola dan Procter and Gamble naik lebih dari 1 persen. Saham Walmart melonjak 2,3 persen.

"Hari ini dan kemarin Anda benar-benar mulai melihat pasar saham mengejar pasar obligasi,” ujar CIO Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli.

Ia menambahkan, saham mulai apresiasi the Fed yang lebih agresif. Pejabat the Fed dalam beberapa hari terakhir telah mencoba untuk memperingatkan investor pengetatan kebijakan lebih cepat bisa terjadi. Temuan itu, ditambah dengan pernyataan baru-baru ini dari Gubernur The Fed Lael Brainard  dan lainnya tampak menandakan sentimen itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya