Bursa Saham Asia Menguat, Investor Cermati Data Aktivitas Pabrik China

Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu, 1 Juni 2022 di tengah investor menanti rilis data aktivitas pabrik China.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 01 Jun 2022, 09:30 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2022, 09:30 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu pagi (1/6/2022) seiring investor menantikan rilis survei swasta mengenai aktivitas pabrik China pada Mei 2022.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 0,29 persen, sedangkan indeks Topix menguat 0,64 persen. Di Australia, indeks ASX 200 bertambah 0,25 persen. Data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I 2022 Australia dirilis pada Rabu pekan ini. Indeks MSCI Asia Pasifk di luar Jepang sedikit berubah. Sementara itu, bursa saham Korea Selatan libur.

Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Caixin pada Mei 2022 juga dirilis Rabu pekan ini. Sebelumnya PMI Manufaktur China pada Mei 2022 berada di posisi 49,6, realisasi indeks manufaktur ini di atas posisi April 47,4. Demikian mengutip dari laman CNBC, Rabu, 1 Juni 2022.

Semalam di wall street, indeks S7P 500 melemah 0,63 persen ke posisi 4.132,15. Indeks Dow Jones merosot 222,84 poin atau 0,67 persen ke posisi 32.990,12. Indeks Nasdaq susut 0,41 persen menjadi 12.081,39.

Indeks dolar AS berada di posisi 101,74 dari posisi sebelumnya di atas 102. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 128,79 per dolar AS. Dolar Australia berada di posisi 0,7178. Harga minyak menguat pada jam perdagangan di Asia.

Harga minyak Brent berjangka naik 0,64 persen ke posisi USD 116,34 per barel. Harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) naik 0,47 persen menjadi USD 115,21 per barel.

 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penutupan Wall Street pada 31 Mei 2022

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Selasa, 31 Mei 2022. Wall street bergejolak pada perdagangan Selasa pekan ini seiring investor melihat indeks S&P 500 yang berada di pasar bearish di tengah kekhawatiran inflasi dan resesi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 222,84 poin atau 0,7 persen ke posisi 32.990,12. Indeks S&P 500 susut 0,6 persen menjadi 4.132,15. Indeks Nasdaq tergelincir 0,4 persen menjadi 12.081,39.

Setelah libur pada Senin, 30 Mei 2022, wall street ditutup bak roller coaster pada Mei 2022. Indeks Dow Jones dan S&P 500 mengakhiri bulan dengan sedikit perubahan didukung reli besar pada pekan sebelumnya. Indeks Nasdaq merosot sekitar 2,1 persen pada bulan tersebut.

“Pasar mencerna reli tajam akhir pekan lalu dan mencoba mencari tahu pijakannya. Kami masih jauh dari masalah di sini dalam hal overhang utama, inflasi, pengetatan moneter dan kenaikan suku bunga,” ujar Chief Investment Officer Bleakley Advisory Group, Peter Boockvar, dikutip dari CNBC, Rabu (1/6/2022).

Pergerakan pasar pada Selasa, 31 Mei 2022 menekankan kekhawatiran inflasi yang tinggi membebani pertumbuhan ekonomi. Di Eropa, pembacaa inflasi zona euro yang dirilis Selasa pekan ini mencapai rekor tertinggi untuk bulan ketujuh berturut-turut melonjak 8,1 persen pada Mei 2022.

Gerak Saham di Wall Street

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Aksi di pasar minyak juga menjadi perhatian investor. Harga minyak awalnya melonjak menyusul Uni Eropa setuju melarang sebagian besar impor minyak mentah dari Rusia. Kemudian harga minyak turun dari level tertinggi karena the Wall Street Journal melaporkan Organisai Negara Pengekspor Minyak sedang mempertimbangkan untuk menangguhkan Rusia dari kesepakatan produksi minyaknya.

Saham energi yang mencatat kinerja kurang baik di antara indeks sektor S&P 500 telah menjadi pemenang terbesar pada awal sesi perdagangan. Saham Chevron turun 2 persen dan Schlumberger susut 4,3 persen. Saham industri terkait dengan siklus ekonomi juga melemah.

Saham Honeywell turun 1,4 persen dan Nucor merosot 3,8 persen. Selain itu, sektor saham perawatan kesehatan adalah sektor lain yang tertinggal pada Selasa pekan ini. Saham UnitedHealth Group turun 2 persen, dan termasuk di antara catat kinerja penurunan terbesar di indeks Dow.

Sementara itu, reli di sejumlah saham teknologi kapitalisasi besar memberikan sedikit dukungan untuk indeks yang lebih luas. Saham Amazon naik 4,4 persen dan induk usaha Google Alphabet menguat 1,3 persen.

Pada awal Mei 2022, the Federal Reserve menaikkan suku bunga 50 basis poin dalam upaya untuk menekan inflasi yang tinggi. Kekhawatiran resesi meningkat seiring pelaku pasar khawatir pengetatan kebijakan the Federal Reserve akan memicu penurunan ekonomi.

“Inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat sekarang menjadi pandangan konsensus tetapi itu tidak berarti sepenuhnya diabaikan,” ujar Mike Wilson dari Morgan Stanley.

Sentimen Pengaruhi Wall Street

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Di sisi lain, laporan kuartalan yang mengecewakan pada Mei 2022 dari perusahaan seperti Walmart dan Snap menunjukkan inflasi merugikan konsumen AS dan menggerus keuntungan perusahaan.

Investor juga mengamati perang yang berkelanjutan di Ukraina dan COVID-19 di China, meningkatkan kekhawatiran tentang komoditas global dan tantangan rantai pasokan.

Saham bergejolak selama Mei 2022. Indeks S&P 500 turun 20 persen dari level tertinggi. Sementara itu, indeks Dow Jones alami penurunan mingguan terpanjang sejak 1923, merosot selama delapan minggu berturut-turut.

Pada pekan lalu, indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat kenaikan mingguan terbaik sejak November 2020. Indeks S&P 500 naik 6,5 persen dan Nasdaq bertambah 6,8 persen pada pekan ini.

Namun, saham tetap melemah dari posisi tertingginya. Indeks Dow Jones 10,7 persen di bawah rekornya. Indeks S&P 500 susut 14,2 persen dan Indeks Nasdaq merosot 25,5 persen.  “Pasar bearish sangat sulit untuk dinavigasi, karena mereka bergejolak dan rentan terhadap reli naik yang tajam,” ujar Chris Senyek dari Wolfe Research.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya