Emiten Ramai-Ramai Gelar Buyback, Ini Kata Analis

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, umumnya terdapat tiga alasan mengapa emiten melakukan buyback saham.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Jul 2022, 11:44 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2022, 11:44 WIB
20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten mengumumkan rencana untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham perusahaan.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, umumnya terdapat tiga alasan mengapa emiten melakukan buyback. Pertama, yakni untuk menstabilkan harga pasar saat reen harga saham turun.

Kedua, aksi buyback kerap berkaitan dengan aksi korporasi lain, seperti rights issue dan stock split. Sehingga perseroan mengoleksi lebih banyak saham treasuri sekaligus menambah porsi kepemilikan di pasar.

Ketiga, perusahaan yang melakukan buyback bisa jadi memiliki kas yang besar. Sehingga salah satu pemanfaatannya adalah dengan melakukan pembelian kembali saham perusahaan.

"Buyback memberikan semacam dukungan atau moral support, bahwa kalau sahamnya turun, akan dibeli perusahaan. Soalnya buyback ada aturannya. Salah satunya, saham bisa dibeli kembali saat harganya turun, sedangkan jika naik tidak bisa," ujar Wawan kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (22/7/2022).

"Kalau ada saham mau di-buyback, asumsinya sahamnya akan lebih stabil, karena kalau turun akan ada yang nampung,” ia menambahkan.

Adapun beberapa emiten yang berencana melakukan pembelian kembali saham, antara lain, Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI).

Kemudian United Tractors Tbk (UNTR), PT Adaro Energy Indo Tbk (ADRO), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Jaya Real Property Tbk (JRPT), dan PT Kresna Graha Investama (KREN).

Wawan mengatakan aksi buyback mestinya tidak sentimen berarti yang secara signifikan mempengaruhi keputusan investasi. Menurut dia, strategi pemilihan saham secara garis besar perlu memperhatikan tiga hal.

Pertama, fundamental perusahaan. Dalam hal buyback, investor perlu untuk tahu tujuan dari dilakukannya aksi tersbeut, sekaligus latar belakang perusahana yang melakukan buyback.

Menariknya, emiten yang mencatatkan laba biasanya akan membagikan dividen kepada pemegang saham. Artinya, jika perusahaan menambah porsi kepemilikannya, maka perusahana juga akan mendapat dividen lebih besar.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Prospek Bisnis Perseroan

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Kedua, prospek bisnis perseroan ke depan. Untuk saat ini , Wawan menyebutkan sektor energi masih akan naik daun. Hal itu merujuk pada situasi geopolitik Rusia—Ukriana yang menyebabkan gangguan pasokan komoditas energi hingga menyebabkan krisis. Buntutnya, permintaan batu bara dari Eropa kembali meningkat kendati transisi energi terus digaungkan.

"Eropa sudah buka lagi, yang tadinya pakai batu bara dianggap merusak lingkungan, tapi begitu butuh energi langsung beli batu bara sebanyak-banyaknya. Jadi sepanjang Eropa begitu, persediaan dari Indonesia akan diserap. Jadi tidak akan turun,” jelas Wawan.

Faktor ketiga yang tak kalah penting dalam memilih saham adalah mencermati likuiditasnya. Ingat, jika perusahana melakukan buyback, artinya saham yang beredar di masyarakat berkurang. Di satu titik, Wawan mengatakan kondisi tersbeut bisa menambah risiko volatilitas.

Dari sisi sektornya, emiten yang berkaitan dengan batu bara dianggap paling menarik, seperti ADRO dan UNTR. Selain itu, sektor consumer goods, seperti RALS dan LPPF, termasuk ROTI juga patut disimak.

"Dengan dibukanya akses masyarakat, lalu juga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, harusnya consumer goods jadi salah satu sektor yang diuntungkan,” kata Wawan.

Sementara sektor properti dan teknologi dinilai masih lesu untuk tahun ini.

 

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sederet Emiten Gelar Buyback Saham, Investor Harus Apa?

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, sejumlah emiten berencana melaksanakan aksi korporasi berupa pembelian kembali saham (buyback).  Teranyar, ada Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI).

TBIG menyiapkan dana hingga Rp 13,6 miliar untuk membeli sebanyak-banyaknya 679.709.900 lembar saham. RALS siapkan dana Rp 200 miliar untuk buyback sebanyak-banyaknya 360 juta saham. Sementara ROTI siapkan 214,21 miliar dengan jumah saham yang akan dibeli kembali sebanyak-banyaknya 125.007.599 lembar.

Selain tiga emiten tersebut, ada United Tractors Tbk (UNTR) yang menyiapkan dana hingga Rp 5 triliun untuk buyback saham. Kemudian, PT Adaro Energy Indo Tbk (ADRO ) yang memperpanjang rencana buyback hingga Rp 4 triliun.

PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang menyiapkan anggaran Rp 1 triliun, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) Rp 1 triliun, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) siapkan Rp 500 miliar, PT Jaya Real Property Tbk (JRPT) Rp 100 miliar, dan PT Kresna Graha Investama (KREN) Rp 100 miliar.

 

 

Kata Analis

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menjelaskan, aksi ini umumnya dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan kas perusahaan yang memungkinkan untuk melakukan pembelian kembali.

Tujuannya,  yakni untuk menjaga valuasi saham tetap atraktif ke depannya. Buyback biasanya dilakukan dalam kondisi harga saham di pasar yang dinilai masih cukup murah untuk melakukan buyback.

"Bagi emiten, idealnya aksi buyback tidak mempengaruhi kinerja selama dalam perhitungan yang wajar. Sedang bagi investor dalam jangka pendek rencana buyback yang berpotensi mengangkat harga saham," kata dia kepada Liputan6.com, Sabtu, 23 Juli 2022.

Dia menambahkan, selama periode buyback berlangsung, bisa menjadi alasan untuk melakukan posisi beli. Sementara strategi investasinya, investor sebaiknya memperhatikan dari sisi valuasi, pertumbuhan kinerja serta proyeksi di periode mendatang.

"Rekomendasi untuk saat ini hold saja, atau bagi yang belum memiliki bisa menunggu adanya koreksi pada harga saham," pungkas Ivan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya