Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan penurunan produksi pada semester I 2022. Pada semester I 2022, produksi bijih timah perseroan tercatat sebesar 9.901 ton atau turun 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 ton.
Dari jumlah tersebut 39 persen atau 3.829 ton berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61 persen atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut. Produksi logam timah pada semester I 2022 turun 26 persen menjadi 8.805 Mton dari dibanding semester I 2021 sebesar 11.915 Mton.
Baca Juga
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar Baswedan mengungkapkan, turunnya produksi perseroan lantaran terdapat mitra penambang lokal tidak menyerahkan hasil tambangnya kepada perseroan.
Advertisement
"Kita kerja sama kemitraan dengan penambang lokal. Ada kompensasi ketika mereka menambang di tempat kita. Tapi karena harga logam naik tinggi, ada produksi dari lokasi yang ditambang mereka tapi enggak masuk ke kita," ujar Umar kepada awak media di Jakarta, Jumat (2/9/2022).
Adapun harga jual rerata logam timah pada semester I 2022 mencapai USD 41.110 per Mton, atau naik signifikan 48 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar USD 27.858 per Mton.
Kenaikan harga itu rupanya menjadi penopang kinerja perseroan pada paruh pertama tahun ini. Perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 7,5 triliun, naik 27 persen yoy. Dari raihan itu, perseroan mengukuhkan laba Rp 1,08 triliun, naik 300,67 persen yoy.
“Untuk menjaga pertumbuhan kinerja, TINS memacu kinerja anak usaha. Kontribusi anak usaha PT Timah Tbk yang semula hanya 5 persen‐10 persen, maka pada tahun 2022 kontribusi tersebut diperkirakan meningkat menjadi 28 persen terhadap laba bersih perusahaan,” kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk, Fina Eliani.
Target Bijih Timah
Diberitakan sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) menargetkan volume produksi bijih timah mencapai 35 ribu ton. Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar optimistis perseroan dapat merealisasikan target tesebut, meski diakui realisasi hingga semester I 2022 cenderung turun.
“Kalau target masih sekitar 30—35 ribu ton bijih timah. Target ini naik dibanding realisasi tahun lalu,” kata Abdullah kepada awak media di Jakarta, Jumat (2/9/2022).
Produksi bijih timah perseran tahun lalu yakni sebesar 24.670 ton. Turun dibandig realisasi tahun sebelumnya sebesar 39.757 ton. Semantara realisasi produksi bijih timah pada semester I 2021 tercatat sebesar 9.901 ton atau turun 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 ton.
Dari jumlah tersebut 39 persen atau 3.829 ton berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61 persen atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut. Produksi logam timah semester I 2022 turun sebesar 26 persen menjadi 8.805 Mton dari semester I 2021 sebesar 11.915 Mton.
"Walaupun semester I 2022 peoduksi masih sedikit, kita kejar di semster II. Hanya ya tadi, kita sedang tambah alat dan kemitraan,” imbuh dia.
Abdullah menuturkan, penurunan produksi perseoran ditengarai oleh beberapa hal. Salah satunya, lantara harga timah tengah melambung, masyarakat banyak yang melakukan penambangan dengan ketentuan disparitas atau kompensasi.
"Kita kerja sama kemitraan dengan penambang lokal. Ada kompensasi ketika mereka menambang di tempat kia, tapi karena harga logam naik tinggi, ada peoduksi dari lokasi yang ditambang mereka tapi nggak masuk ke kita,” ujar Abdullah.
Harga jual rerata logam timah pada paruh pertama tahun ini mencaai USD 41.110 per Mton atau naik signifikan 48 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 27.858 per Mton.
Advertisement
Aset Perseroan
Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan berhasil mengantongi laba bersih periode berjalan sebesar Rp 1,08 triliun. Naik 300,63 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 270,09 miliar.
"Untuk menjaga pertumbuhan kinerja, TINS memacu kinerja anak usaha. Kontribusi anak usaha PT Timah Tbk yang semula hanya 5 persen‐10 persen, maka pada 2022 kontribusi tersebut diperkirakan meningkat menjadi 28 persen terhadap laba bersih perusahaan," ujar Fina.
Posisi nilai aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 14,4 triliun atau turun 2 persen dibandingkan akhir tahun lalu sebesar Rp 14,7 triliun. Posisi liabilitas sebesar Rp 7,3 triliun atau turun 13 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 8,4 triliun. Sedangkan posisi ekuitas naik 12 persen menjadi Rp 7,1 triliun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 6,3 triliun.
Posisi kas dan setara kas perseroan naik 51 persen menjadi Rp 1,9 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,3 triliun. Pinjaman bank dan utang obligasi pada semester I 2022 turun signifikan menjadi Rp 3,6 triliun dari sebelumnya Rp 5,1 triliun.
Produksi Perseroan
Produksi bijih timah pada semester I 2022 tercatat sebesar 9.901 ton atau turun 14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 ton.
Dari jumlah tersebut 39 persen atau 3.829 ton berasal dari penambangan darat, sedangkan sisanya 61 persen atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut. Produksi logam timah 6M22 turun sebesar 26 persen menjadi 8.805 Mton dibandingkan semester I 2021 sebesar 11.915 Mton.
Adapun penjualan logam timah tercatat sebesar 9.942 Mton atau turun sebesar 21 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar 12.523 Mton. Harga jual rerata logam timah pada semester I 2022 sebesar USD 41.110 per Mton atau naik signifikan 48 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar USD 27.858 per Mton.
Pada penutupan perdagangan Kamis, 1 September 2022, saham TINS melemah 0,33 persen ke posisi Rp 1.490 per saham.
Saham TINS dibuka merosot 15 poin ke posisi Rp 1.480 per saham. Saham TINS berada di level tertinggi Rp 1.495 dan terendah Rp 1.470 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.352 kali dengan volume perdagangan 100.034 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 14,8 miliar.
Advertisement