Penjualan HM Sampoerna Naik 15 Persen, Laba Turun Jadi Rp 4,9 Triliun hingga Kuartal III 2022

PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) meraih pertumbuhan penjualan, tetapi laba bersih turun selama sembilan bulan 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Okt 2022, 16:01 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2022, 16:01 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Liputan6.com, Jakarta - PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan kinerja keuangan beragam sepanjang sembilan bulan pertama 2022. PT HM Sampoerna Tbk mencatat pertumbuhan penjualan bersih, tetapi laba merosot hingga September 2022.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (29/10/2022), PT HM Sampoerna Tbk meraup penjualan bersih Rp 83,39 triliun hingga September 2022. Penjualan bersih naik 15 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 72,51 triliun.

Beban pokok penjualan tercatat naik 18,58 persen menjadi Rp 70,89 triliun hingga September 2022. Pada periode sama tahun sebelumnya Rp 59,78 triliun. Laba kotor tercatat Rp 12,50 triliun hingga kuartal III 2022. Laba kotor tersebut turun 1,8 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 12,73 triliun.

Perseroan mencatat beban penjualan naik 0,30 persen menjadi Rp 4,71 triliun hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,69 triliun. Beban umum dan administrasi bertambah 21,5 persen menjadi Rp 1,69 triliun hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,38 triliun.

Dengan melihat kondisi itu, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribuskikan kepada pemilik entitas induk merosot 11,74 persen menjadi Rp 4,90 triliun hingga September 2022.

 

 

Pada periode sama tahun sebelumnya tercatat Rp 5,55 triliun. Perseroan membukukan laba per saham dasar dan dilusi turun menjadi Rp 42 hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 48.

 

Aset Perseroan

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Total ekuitas perseroan turun menjadi Rp 26,70 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 29,19 triliun. Total liabilitas turun menjadi Rp 21,08 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 23,89 triliun.

Total aset turun menjadi Rp 47,78 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 53,09 triliun. PT HM Sampoerna Tbk kantongi kas dan setara kas Rp 6,27 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 17,84 triliun.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 28 Oktober 2022, saham HMSP turun 5,69 persen ke posisi Rp 995 per saham. Saham HMSP dibuka turun 10 poin ke posisi Rp 1.045 per saham. Saham HMSP berada di level tertinggi Rp 1.045 dan terendah Rp 985 per saham. Tota. Frekuensi perdagangan 5.586 kali dengan volume perdaganan 589.899 saham. Nilai transaksi Rp 59,6 miliar.

Transaksi Jumbo

(Foto: Dok PT HM Sampoerna Tbk)
House of Sampoerna (Foto: Dok PT HM Sampoerna Tbk)

Sebelumnya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengumumkan sejumlah transaksi afiliasi bernilai jumbo atau sekitar Rp 16 triliun.

Melansir keterbukaan informasi Bursa efek Indonesia (BEI), Rabu (3/8/2022), terdapat tiga transaksi yang dijabarkan perseroan. Pertama, yakni perubahan dan pernyataan kembali perjanjian pinjaman antar perusahaan tertanggal 29 Juli 2022.

Transaksi ini melibatkan HM Sampoerna dan Philip Morris Finance S.A (PM Finance), di mana masin-masing bisa bertindak sebagai pemberi maupun penerima pinjaman. Sebagai informasi, pada 19 September 2015, perseroan dengan PM Finance telah mengikatkan diri dalam perjanjian pinjaman yang masih berlaku hingga 1 September 2025.

Perseroan setuju untuk menerima dan atau menyediakan fasilitas pinjaman dari atau kepada PM Finance untuk keperluan korporasi pada umumnya. Transaksi-tersebut telah disetujui oleh para pemegang saham perseroan melalui RUPS 18 September 2015 dalam rangka memenuhi peningkatan modal kerja dan pengelolaan dana saat itu.

Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit sejak 31 Desember 2021, nilai perjanjian-perjanjian pinjaman saat ini adalah Rp 14,6 triliun atau setara USD 1,03 juta, dengan tenor sampai 24 bulan untuk setiap penarikan. Suku bunga yang disepakati antara PM Finance dan perseroan yang merupakan suku bunga LIBOR berlaku untuk penarikan dalam dolar AS.

Sebagaimana dipublikasikan 2 hari kerja sebelum tanggal pencairan dana oleh PM Finance kepada perseroan, ditambah dengan 27 hingga 52 bps. Tingkat suku bunga secara keseluruhan dalam rupiah harus sama dengan atau lebih rendah dari tingkat pinjaman terendah yang ditawarkan oleh Bank Referensi kepada perseroan untuk pinjaman pada periode yang sama.

Transaksi Selanjutnya

IHSG Menguat
Layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kedua, yakni perjanjian lisensi merek dagang antara perseroan selaku penerima lisensi dengan Philip Morris Products S.A. (PM Product) selaku pemberi lisensi atas produk I dan produk II. Produk I yakni berupa unit habis pakai dan perangkat.

Sementara produk II berupa kantong-kantong nikotin yang dipatenkan, mengandung nikotin, dan kantong-kantong nikotin oral bebas tembakau.

Nilai perjanjian lisensi merek dagang I atau sehubungan dengan produk I, royalti yang dibayarkan oleh perseroan adalah 12 persen dari nilai penjualan bersih produk perseroan. Atau diperkirakan sebesar Rp 472,65 miliar per tahun.

Kemudian berdasarkan perjanjian lisensi merek dagang II atau sehubungan dengan produk II, royalti yang dibayarkan oleh perseroan adalah 5 persen dari nilai penjualan bersih produk perseroan per merak. Atau diperkirakan sebesar Rp 11,08 miliar per tahun.

Ketiga, yakni perjanjian penjualan barang dengan Panamas. Panamas bermaksud untuk membeli produk I dan produk II dari PM Product yang belum diproduksi secara lokal di Indonesia untuk penjualan kembali di pasar domestik bea dan cukai berbayar di Indonesia. Nilai penjualan bersih untuk produk I dan produk II diperkirakan sebesar Rp 818,63 miliar per tahun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya